kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.907.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.212   -17,00   -0,10%
  • IDX 6.865   -12,86   -0,19%
  • KOMPAS100 999   -3,55   -0,35%
  • LQ45 764   -2,07   -0,27%
  • ISSI 226   -1,00   -0,44%
  • IDX30 393   -1,12   -0,29%
  • IDXHIDIV20 455   -0,68   -0,15%
  • IDX80 112   -0,32   -0,28%
  • IDXV30 114   0,03   0,02%
  • IDXQ30 127   -0,74   -0,58%

Kinerja Emiten Semen Masih Loyo Sampai Kuartal I, Begini Prospek dan Rekomendasinya


Jumat, 04 Juli 2025 / 20:07 WIB
Kinerja Emiten Semen Masih Loyo Sampai Kuartal I, Begini Prospek dan Rekomendasinya
ILUSTRASI. Kinerja emiten semen diperkirakan masih belum kuat di semester II 2025. Hal ini lantaran masalah oversupply yang masih belum menemui titik terang. KONTAN/Muradi/2015/06/16


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten semen diperkirakan masih belum kuat di semester II 2025. Hal ini lantaran masalah oversupply yang masih belum menemui titik terang.

Tengok saja, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencatatkan pendapatan sebesar Rp 7,65 triliun pada kuartal I-2025 atau berkurang 8,71% year on year (YoY) dibandingkan pendapatan perusahaan pada kuartal I-2024 yakni Rp 8,38 triliun. SMGR mengantongi laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 42,58 miliar atau merosot 90,98% yoy.

Anak usaha SMGR, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) nasibnya juga tidak jauh berbeda di kuartal I 2025. Pendapatan SMCB menurun 10,96% dari sebelumnya Rp 2,77 triliun di kuartal pertama tahun 2024. Hingga akhir Maret 2025, SMCB membukukan penurunan laba periode berjalan sebesar 34,78%, dari sebelumnya Rp 73,93 miliar menjadi Rp 48,22 miliar. 

PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT) bahkan masih rugi Rp 289,76 miliar sepanjang tiga bulan pertama tahun 2025, naik dari rugi Rp 222,75 miliar pada periode sama tahun lalu. Pendapatan CMNT juga turun menjadi Rp 1,92 triliun per kuartal I 2025, dari sebelumnya Rp 2,06 triliun pada kuartal I 2024.

Kemudian, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) juga mencatatkan penurunan pendapatan dari Rp 4,08 triliun pada kuartal I 2024, menjadi Rp 3,97 triliun per kuartal I 2025. Laba bersih INTP juga turun ke Rp 210,67 miliar per akhir Maret 2025, dari sebelumnya Rp 238,02 miliar pada Maret 2024.

Baca Juga: Solusi Bangun Indonesia (SMCB) Cari Cara Hadapi Tekanan di Industri Semen

Corporate Secretary INTP, Dani Handajani mengatakan, Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatatkan penjualan semen curah di luar pulau Jawa menurun 17,4% per Mei 2025. Ini karena kembali normalnya permintaan semen setelah terdorong proyek IKN, walaupun permintaan semen curah di pulau Jawa tumbuh 1,6% per Mei 2025.

Sedangkan, permintaan semen curah juga masih mengalami tekanan dengan penurunan permintaan sebesar 4,1% yang disebabkan tantangan daya beli masyarakat dan efek dari libur nasional dan cuti tambahan pada bulan Mei. 

“Di tengah tekanan terhadap penjualan semen di Indonesia, Indocement tetap berhasil mempertahankan pangsa pasarnya di angka 29,6% di 5 bulan pertama tahun 2025,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (4/7).

Ke depan, Indocement terus melanjutkan upaya manajemen biaya yang ketat di seluruh lini operasi serta mengoptimalkan dan mengefisienkan ongkos distribusi untuk menjaga margin usaha. Selain itu, Indocement terus melanjutkan kebijakan untuk meningkatkan konsumsi bahan bakar dan bahan baku alternatif.

”Langkah terbaru yang kami lakukan adalah membangun fasilitas feeding bahan bakar alternatif di kompleks pabrik Grobogan,” paparnya.

Sejalan dengan lesunya kinerja operasional, pergerakan saham emiten semen juga masih lemas.

Melansir RTI, saham INTP masih turun 28,38% sejak awal tahun alias year to date (YTD). SMGR dan CMNT sahamnya juga terkoreksi masing-masing 19,15% dan 8,52% secara YTD.

Baca Juga: Semen Merah Putih (CMNT) Bidik Pertumbuhan Penjualan 4% Tahun Ini, Fokus Segmen Ritel

Prospek rekomendasi saham

Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer mengatakan, kinerja emiten semen di kuartal II 2025 kemungkinan akan menunjukkan sedikit perbaikan dibanding kuartal I. Ini seiring masuknya musim konstruksi setelah lebaran.

Volume penjualan semen memang cenderung naik secara musiman di periode kuartal II. Namun, tekanan dari sisi biaya produksi, terutama karena harga energi yang masih tinggi serta pelemahan daya beli masyarakat di beberapa wilayah, bisa tetap menjadi penghambat pertumbuhan. 

“Selain itu, efisiensi anggaran pemerintah juga berpotensi menunda proyek infrastruktur baru, yang umumnya jadi penopang utama permintaan semen,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (4/7).

Di akhir semester II, tantangan struktural seperti oversupply di industri semen masih membayangi. Kapasitas produksi nasional yang jauh melebihi permintaan membuat persaingan harga semakin ketat dan ini akan menekan margin produsen. 

Sentimen positif salah satunya bisa berasal dari penurunan suku bunga yang kemungkinan bisa terjadi. Namun, ketidakpastian global, seperti perang tarif Amerika Serikat (AS) - China dan ketegangan geopolitik, tetap menjadi risiko. 

Di antara pemain besar, Miftahul melihat INTP dan SMGR masih relatif lebih tangguh karena skala ekonomi dan jaringan distribusinya yang luas.

Baca Juga: Permintaan Masih Lemah, Mirae Aset Sekuritas Pertahankan Peringkat Netral Saham Semen

Dari sisi valuasi, saham-saham semen saat ini sebenarnya sudah cukup murah secara historis, tercermin dari price to book values (PBV) dan EV/EBITDA yang berada di bawah rata-rata. 

“Tapi murah saja tidak cukup, perlu ada katalis kuat agar pasar kembali melirik sektor ini,” ungkapnya. Alhasil, Miftahul masih mempertahankan rating wait and see untuk emiten semen.

Analis Korea Invesment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi melihat, saham SMGR ada di level support Rp 2.550 per saham dan resistance Rp 2.950 per saham. 

Limited downside dan berpeluang untuk pulih dari support MA20, sekaligus support bullish channel untuk kembali membuat level tinggi terbaru. Indikator RSI ada di 48 dan MACD Histogram di -17,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (4/7). 

Wafi pun merekomendasikan beli untuk SMGR dengan target harga Rp 2.950 per saham.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, pergerakan INTP ada di level support Rp 5.225 per saham dan resistance Rp 5.450 per saham. Herditya pun merekomendasikan speculative buy untuk INTP dengan target harga Rp 5.525 - Rp 5.625 per saham.

Selanjutnya: Tiket Diskon 30% KAI Sudah Terjual 2,22 Juta Tiket, Okupansi Ada yang Lebih 100%

Menarik Dibaca: Tiket Diskon 30% KAI Sudah Terjual 2,22 Juta Tiket, Okupansi Ada yang Lebih 100%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×