Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) berupaya mempertahankan kinerja operasional dan keuangannya di tengah kelesuan pasar semen di Indonesia.
Direktur Utama Solusi Bangun Indonesia Asri Mukhtar menyampaikan, industri semen nasional masih dibayangi tantangan berat pada 2025. Di antaranya adalah persaingan pasar semen domestik yang ketat, curah hujan tinggi yang menyulitkan produksi, permintaan pasar retail dan laju realisasi proyek-proyek konstruksi juga terhambat karena adanya efisiensi anggaran infrastruktur.
“Banyaknya hari libur dan pelemahan daya beli masyarakat turut mempengaruhi kinerja kami,” kata dia dalam paparan publik, Rabu (25/6).
Baca Juga: Solusi Bangun Indonesia (SMCB) Bukukan Penurunan Kinerja pada Kuartal I-2025
Sebagai catatan, volume penjualan semen SMCB merosot 9,67% year on year (YoY) menjadi 2,78 juta ton pada kuartal I-2025. Hasil ini kemudian terefleksikan pada kinerja keuangan SMCB, yang mana anak usaha PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) tersebut mengalami penurunan pendapatan 10,83% YoY menjadi Rp 2,47 triliun pada kuartal I-2025. Pada saat yang sama, laba bersih SMCB tergerus 35,14% yoy menjadi Rp 48 miliar.
Manajemen SMCB mengklaim, perusahaan sebenarnya masih mampu bertahan di tengah badai tantangan di industri semen. Terbukti, saat ini utilitas pabrik semen SMCB rata-rata di atas 70% atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional yang masih di bawah 60%.
SMCB percaya diri dapat melalui berbagai tekanan yang ada dan meraih hasil kinerja yang lebih baik pada sisa tahun 2025. SMCB pun menargetkan dapat menjual 12,8 juta ton semen sampai akhir tahun nanti.
Untuk mencapai target tersebut, SMCB berusaha memperkuat sinergi dengan Semen Indonesia Group dalam rangka optimalisasi pemasaran semen, terutama ke pasar ritel. SMCB tidak hanya fokus pada pemasaran ke pihak distributor saja, melainkan hingga ke konsumen akhir.
“Kami juga intens bertemu dengan para kuli bangunan untuk mensosialisasikan produk-produk semen kami,” tutur dia.
Baca Juga: Solusi Bangun Indonesia (SMCB) Fokus Dorong Penggunaan Semen Rendah Karbon
Di samping itu, upaya efisiensi juga terus dilakukan SMCB. Wujud konkretnya adalah SMCB mulai aktif melakukan peralihan penggunaan bahan bakar fosil seperti solar dan batu bara menjadi bahan bakar alternatif untuk proses produksi semen.
Tahun 2024 lalu, SMCB telah bekerja sama dengan 16 pemerintah kota/kabupaten dalam pemanfaatan sampah kota menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) sebagai bahan bakar alternatif pembuatan semen.
SMCB bersama SMGR juga terus mendorong penggunaan produk semen non-ordinary portland cement (OPC) yang lebih ramah lingkungan. Dalam hal ini, SMCB telah memproduksi semen hijau yang memiliki emisi karbon lebih rendah hingga 38% dibandingkan semen konvensional.
Tak hanya itu, SMCB bersama SMGR dan Taiheiyo Cement Corporation (TCC) juga sedang menggarap proyek pengembangan dermaga dan fasilitas produksi semen di Tuban, Jawa Timur. Dermaga ini akan menjadi tempat pengiriman semen bertipe khusus yang diekspor ke pasar internasional, khususnya Amerika Serikat.
Dengan begitu, SMCB akan berkontribusi mengatasi masalah kelebihan pasokan di industri semen nasional yang masih terjadi sampai saat ini.
“Kami segera selesaikan proyek dermaga Tuban ini,” kata Asri.
Sementara itu, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi menilai, tekanan yang melanda industri semen nasional tentu turut dirasakan oleh SMCB. Maka tak heran kinerja emiten tersebut mengalami perlambatan.
Namun, SMCB memiliki keunggulan berkat statusnya sebagai bagian dari SMGR yang notabene merupakan produsen semen dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia. “SMCB bisa beroperasi lebih efisien dan memanfaatkan jaringan yang dimiliki SMGR,” tukas dia, Rabu (25/6).
Selain efisiensi, SMCB perlu memperkuat segmen pasar retail sekaligus mendiversifikasi penjualan semennya dengan menyasar pelanggan di luar pemerintah atau ke sektor swasta.
Saham SMCB sendiri disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak akhir Januari 2025 lalu dan saat ini berada di level Rp 775 per saham. Wafi menyebut, di luar faktor suspensi perdagangan, harga saham wajar bagi SMCB ada di level Rp 830 per saham.
Selanjutnya: Pergerakan IHSG Masih Disetir Saham Perbankan, Begini Upaya BEI Genjot Likuiditas
Menarik Dibaca: DLH Jakarta Jalankan Pilot Project Pengelolaan Sampah di 6 Kelurahan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News