kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.905.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.450   0,00   0,00%
  • IDX 6.832   16,22   0,24%
  • KOMPAS100 991   5,82   0,59%
  • LQ45 767   3,97   0,52%
  • ISSI 217   0,70   0,32%
  • IDX30 399   1,92   0,48%
  • IDXHIDIV20 473   -0,50   -0,11%
  • IDX80 112   0,65   0,59%
  • IDXV30 115   0,56   0,49%
  • IDXQ30 131   0,39   0,30%

Kinerja Emiten Properti Cukup Beragam di Kuartal I 2025, Berikut Rekomendasi Analis


Senin, 05 Mei 2025 / 19:37 WIB
Kinerja Emiten Properti Cukup Beragam di Kuartal I 2025, Berikut Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. Kinerja emiten properti tercatat masih cukup lemah di tiga bulan pertama tahun 2025.Meski begitu, analis masih melihat ada saham-saham potensial yang layak untuk diburu.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten properti tercatat masih cukup lemah di tiga bulan pertama tahun 2025.Meski begitu, analis masih melihat ada saham-saham potensial yang layak untuk diburu. 

Tengok saja, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mencatatkan pendapatan neto SMRA sebesar Rp 2,10 triliun per kuartal I 2025, turun 1,39% secara tahunan alias year on year (yoy) dari Rp 2,13 triliun di kuartal I 2024. Laba bersih SMRA menjadi Rp 238,22 miliar per kuartal I 2025, merosot 46,02% yoy dari Rp 441,39 miliar pada kuartal I 2024.

PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) mencatatkan laba bersih PANI tercatat Rp 49,57 miliar di kuartal I 2025, turun 59,48% yoy dari Rp 122,37 miliar di kuartal I 2024. Penurunan laba diawali dengan melemahnya raihan pendapatan sebesar menjadi Rp 611,97 miliar di kuartal I 2025, dari sebelumnya Rp 640,35 miliar di kuartal I 2024.

Namun, per 31 Maret 2025, PANI punya jumlah aset Rp 48,48 triliun. Ini naik dari Rp 46,57 triliun per 31 Desember 2024.

Presiden Direktur PANI, Sugianto Kusuma alias Aguan mengatakan, kenaikan aset salah satunya disebabkan oleh penawaran umum perdana (IPO) salah satu anak perusahaan PANI, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), yang berhasil menghimpun dana sebesar Rp 2,3 triliun pada tanggal 13 Januari 2025.

Selain itu, PANI juga mengalami peningkatan dalam properti investasi dari pembangunan proyek Nusantara International Convention Exhibition (NICE) yang didanai sepenuhnya dari hasil IPO CBDK. 

“NICE merupakan fasilitas MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) bertaraf internasional yang akan mulai beroperasi sebagian pada Oktober 2025,” ujarnya dalam keterbukaan informasi, Rabu (30/4).

Lebih lanjut, PANI mengaku optimistis terhadap prospek sektor properti nasional. Perseroan melihat momentum ini sebagai peluang untuk terus berinovasi dan menyesuaikan strategi secara adaptif. 

“Segmen middle-up yang menjadi fokus utama PANI, diyakini memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang yang solid, didukung oleh kebutuhan pasar yang terus berkembang dan pergeseran preferensi konsumen terhadap kawasan terintegrasi yang berkualitas,” katanya.

Baca Juga: Bukan Properti, Inilah Sektor Paling Diminati Investor pada Awal 2025

PT Pakuwon Jati (PWON) membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 1,55 triliun pada kuartal I-2025, tumbuh 2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,53 triliun. Namun, laba bersih turun menjadi Rp 301,59 miliar di periode ini, dari sebelumnya Rp 330,91 miliar.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Pakuwon Jati, Minarto Basuki mengatakan pendapatan berulang perseroan periode tiga bulan pertama 2025 tercatat sebesar Rp 1,32 triliun, atau naik 10% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,2 triliun. 

Pendapatan berulang sebesar ditopang oleh retail mall yang mencapai Rp 947 miliar, mencerminkan peningkatan 15% dari Rp 826 miliar di kuartal pertama tahun 2024.

“Pendapatan office leasing sebesar Rp 70 miliar turun sebesar 17% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 84 miliar dan pendapatan hospitality sebesar Rp 305 miliar, naik 5% dibanding tahun lalu sebesar Rp 291 miliar,” ungkap Minarto, dalam siaran pers, Jumat (2/5). 

Jika dirinci berdasarkan segmen pendaptaannya, penyewaan ritel masih menyumbang kontribusi terbesar 61%, kemudian diikuti apartemen 20%, kondominium 8%, penjualan rumah tapak 6% dan penyewaan kantor 5%.

Perusahaan mencatatkan marketing sales sebesar Rp 331 miliar di kuartal I 2025. Angka ini lebih rendah 14% dibandingkan Rp 385 miliar di kuartal I 2024. 

“Perusahaan mencatat sekitar 59% dari total marketing sales perusahaan berasal dari program insentif PPNDTP yang dicanangkan pemerintah sejak kuartal IV 2023,” tuturnya.

Pendapatan PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) turun 0,26% yoy ke Rp 365,50 miliar per kuartal I 2025. Sebelumnya, pendapatan MTLA sebesar Rp 366,46 miliar di kuartal I 2024.

MTLA mengantongi Rp 3,68 miliar pada pos penghasilan bunga di akhir Maret 2025, naik dari Rp 1,73 miliar di akhir Maret 2025. Pos keuntungan dan kerugian lain-lain bersih tercatat naik menjadi Rp 7,92 miliar di kuartal I 2025, dari sebelumnya Rp 2,59 miliar di periode sama tahun lalu.

Alhasil, laba bersih menjadi Rp 75,30 miliar di akhir kuartal I 2025, naik 7,93% yoy. Laba bersih MTLA di akhir kuartal I 2024 sebesar Rp 69,77 miliar.

Baca Juga: Kuartal I 2025, Laba Bersih CTRA Naik 36,61% Menjadi Rp 660,40 Miliar

Sementara, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) berhasil mencatatkan laba bersih LPKR sebesar Rp 169,46 miliar per kuartal I 2025. Sebelumnya, perseroan menderita rugi bersih Rp 179,12 miliar di kuartal I 2024. Meskipun begitu, pendapatan neto LPKR justru turun 55,42% secara tahunan alias year on year (yoy) ke Rp 2,01 triliun per kuartal I 2025, dari sebelumnya Rp 4,52 triliun di kuartal I 2024.

Pembalikan rugi bersih menjadi laba bersih di periode ini disebabkan oleh penurunan sejumlah beban dan biaya. Group CEO Lippo Indonesia, John Riady mengatakan, biaya bunga bersih juga turun 71% yoy menjadi Rp 93 miliar di tiga bulan pertama tahun 2025. 

Kata John, penurunan didorong oleh keberhasilan pelunasan obligasi sebesar Rp 1,04 triliun dan pinjaman bank sebesar Rp 740 miliar, ini menggarisbawahi komitmen LPKR untuk mengurangi utang sekaligus mengoptimalkan struktur modalnya. 

“Upaya ini telah menghasilkan neraca yang lebih kuat dan biaya pendanaan yang lebih rendah di masa mendatang,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (5/5).

Sejauh ini di selama kuartal I 2025, hanya CTRA yang mampu mencetak pertumbuhan pendapatan dan laba bersih. Penjualan dan pendapatan usaha CTRA tercatat Rp 2,73 triliun per kuartal I 2025, naik 17,94% yoy dari Rp 2,31 triliun di kuartal I 2024. Sedangkan laba bersih tercatat Rp 660,40 miliar di akhir kuartal I 2025, naik 36,61% yoy dari Rp 483,39 miliar di akhir kuartal I 2024.

Baca Juga: BI Tahan Suku Bunga di 5,75%, Begini Respons Emiten Properti

Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata menjelaskan, kinerja emiten properti masih sangat beragam di kuartal I 2025.

Pendorong utama kinerja emiten properti di periode ini adalah insentif fiskal, seperti PPN DTP dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang memperkuat daya beli konsumen, serta permintaan tinggi pada segmen hunian menengah ke atas dengan harga Rp 2 miliar – Rp 5 miliar. 

Sementara, pemberat kinerja berasal dari ketatnya likuiditas dan ketidakpastian suku bunga global, serta persaingan ketat dan tantangan dalam perizinan proyek. 

Kinerja CTRA mencatat pertumbuhan positif didorong oleh strategi diversifikasi produk dan lokasi, serta permintaan yang kuat pada segmen menengah ke atas. 

Kinerja SMRA tertekan oleh kenaikan beban umum & administrasi. Sementara, PANI dan CBDK kinerjanya turun lantaran menghadapi tantangan dalam ekspansi proyek dan integrasi pasca-IPO. 

Lalu, pendapatan PWON meningkatkan berkat kontribusi dari properti komersial seperti Pakuwon Mall Bekasi, namun laba bersih menurun akibat tekanan margin. 

“Sementara, LPKR berhasil membalikkan kerugian menjadi keuntungan meskipun pendapatan menurun lebih dari 55% yoy, karena menunjukkan efisiensi operasional yang membaik,” ujarnya kepada Kontan, Senin (5/5).

Di tahun 2025, sentimen positif ke kinerja emiten properti adalah perpanjangan insentif PPN DTP hingga akhir 2025, program pembangunan 3 juta rumah oleh pemerintah, serta pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang mendukung pembiayaan properti. 

Sementara, sentimen negatif berasal dari kenaikan PPN menjadi 12% yang dapat tambah menekan daya beli dari yang sekarang sudah melemah, ketidakpastian suku bunga global yang dapat mempengaruhi BI Rate, serta efisiensi anggaran pemerintah yang berdampak pada sektor perhotelan dan properti komersial.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2025 hanya 4,87% yoy, terendah sejak kuartal III 2021. Lalu, konsumsi rumah tangga yang menopang sekitar 53,71% dari total produk domestik bruto (PDB) melemah ke 4,89% yoy, meski terdorong bulan ramadan dan lebaran. 

Proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik sepanjang tahun 2025 juga direvisi turun ke bawah 5% dengan potensi kontraksi PDB 0,3–0,5%. Konsumsi rumah tangga juga diperkirakan masih terus melemah di bawah 4,9% yoy akibat kecenderungan menabung justru meninggi. 

“Dana Pihak Ketiga (DPK) tabungan perorangan naik 6,4% yoy per Maret 2025. Ini tertinggi sejak 2022, bahkan di tengah ramadan, yang biasanya mendorong belanja,” paparnya.

Liza mengungkapkan, fenomena ini dianggap anomali dan mencerminkan kehati-hatian masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) massal nasional beberapa bulan sebelumnya memicu masyarakat menahan uang pesangon demi bertahan hidup bulan-bulan berikutnya.

”Ujung-ujungnya, belanja konsumsi nonesensial pun tertunda, termasuk di sini adalah properti, baik itu rumah, apartemen, ruko, atau tempat usaha yang terbilang tidak murah,” ungkapnya.

Sehingga, emiten properti dengan pendapatan berulang dari properti komersial, seperti PWON, diperkirakan akan tetap stabil, namun kontribusinya terhadap total pendapatan bervariasi.

“CTRA punya diversifikasi produk dan lokasi yang luas. BSDE juga diuntungkan oleh akuisisi PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM),” katanya.

Saat ini, sektor properti masih menghadapi tantangan, namun terdapat potensi pertumbuhan seiring dengan realisasi insentif dan penurunan suku bunga. 

Titik balik kinerja emiten properti diperkirakan terjadi pada semester II 2025, seiring dengan realisasi insentif fiskal dan stabilisasi suku bunga.

Liza pun merekomendasikan hold untuk CTRA dan BSDE yang memiliki fundamental kuat dan valuasi menarik.

“Bisa wait and see untuk saham yang masih menghadapi ketidakpastian, seperti PANI dan CBDK, hingga terdapat kejelasan arah kinerja,” paparnya.

Baca Juga: Menilik Prospek Kinerja Emiten Properti Pasca BI Rate Tetap 5,75%

Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila menjelaskan, beratnya kinerja emiten properti di kuartal I 2025 disebabkan oleh suku bunga acuan yang masih tinggi sehingga minat KPR melemah. Selain itu, ada juga sentimen negatif dari daya beli masyarakat yang masih melemah dan proyek yang masih belum berjalan dengan efektif.

Hal itu pun membuat sisi marketing sales CTRA dan MTLA masih meningkat, tetapi marketing sales SMRA, PANI dan CBDK menurun.

“Kinerja CTRA bertumbuh karena masih ditopang oleh keadaan proyek yang masih prospek dan marketing sales yang meningkat,” ujarnya kepada Kontan, Senin (5/5).

Di tahun 2025, prospek kinerja emiten properti dilihat masih bisa naik ditopang proyeksi penurunan suku bunga acuan dan stimulus pemerintah yang bisa mendukung proyek para emiten. 

“Hunian masih akan menopang kinerja namun recurring income masih bisa solid dan juga berpengaruh ke pendapatan dan margin emiten,” tuturnya.

Investor pun sekarang masih bisa mengoleksi saham emiten properti pelan-pelan sambil menunggu stimulus yang dikeluarkan pemerintah dan arah perekonomian ke depannya.

Indy pun merekomendasikan beli untuk CTRA dan BSDE dengan target harga masing-masing Rp 1.400 - Rp 1.500 per saham dan Rp 1.400 per saham.

Selanjutnya: Bersiap Jaga Kualitas Kredit, Pencadangan Bank Ditingkatkan

Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (6/5): Cerah hingga Diguyur Hujan Ringan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×