kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Kinerja Emiten Investasi Masih Belum Ngegas, Begini Prospek dan Rekomendasi Sahamnya


Minggu, 18 Mei 2025 / 10:14 WIB
Kinerja Emiten Investasi Masih Belum Ngegas, Begini Prospek dan Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Kinerja emiten investasi masih lemas. Sejumlah emiten bahkan belum mencatatkan kinerja apik di tiga bulan pertama tahun 2025.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten investasi masih lemas. Sejumlah emiten bahkan belum mencatatkan kinerja apik di tiga bulan pertama tahun 2025.

Tengok saja, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) yang kinerjanya menyusut sepanjang kuartal pertama tahun ini. 

SRTG mencatatkan kerugian neto atas investasi pada saham dan efek lainnya sebesar Rp 6,85 triliun per kuartal I 2025, naik dari rugi Rp 2,3 triliun di kuartal I 2024. Alhasil, SRTG mencatatkan rugi bersih Rp 6,07 triliun per akhir Maret 2025, naik dari rugi bersih Rp 2,57 triliun pada periode sama tahun lalu.

Dalam portofolionya, SRTG memiliki saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (SRTG) dengan nilai wajar Rp 4,22 triliun per kuartal I 2025, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan nilai wajar Rp 7,11 triliun, dan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) Rp 2,16 triliun. 

Kemudian, saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) digenggam SRTG secara langsung dan tidak langsung. Kepemilikan secara langsung bernilai wajar Rp 1,75 triliun. Kepemilikan secara tak langsung via PT Adaro Strategic Capital bernilai wajar Rp 8,76 triliun dan via PT Adaro Strategic Lestari bernilai wajar Rp 3,49 triliun.

Selanjutnya, SRTG punya saham PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) bernilai wajar Rp 2,5 triliun, saham PT Samator Indo Gas Tbk (AGII) bernilai wajar Rp 366,46 miliar, dan saham PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) bernilai wajar Rp 53,21 miliar.

Baca Juga: Begini Strategi Saratoga (SRTG) Jaga Kinerja saat Pasar Sedang Lesu

Nasib serupa juga dialami PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM). 

PALM mencetak kerugian neto atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya sebesar Rp 1,3 triliun per kuartal I 2025, memburuk dari rugi neto investasi Rp 1,08 triliun di kuartal I 2024. Rugi periode berjalan PALM menjadi Rp 1,43 triliun per akhir Maret 2025, naik dari Rp 1,18 triliun pada periode sama tahun lalu.

Per 31 Maret 2025, PALM memiliki saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) bernilai wajar Rp 2,39 triliun, saham MDKA Rp 1,92 triliun, PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP) Rp 1,93 triliun, dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) Rp 200,64 miliar.

Selain PALM dan SRTG, PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) juga diketahui punya portofolio investasi di perusahaan terbuka.

ASII mencatatkan rugi Rp 456 miliar pada pos penyesuaian nilai wajar investasi di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan Pt Medialoka Hermina Tbk (HEAL).

Meskipun begitu, ASII belum memiliki rencana divestasi untuk kedua saham tersebut. Head of Corporate Investor Relation PT Astra International Tbk (ASII) Tira Ardianti mengatakan, investasi perseroan di HEAL merupakan bagian dari aspirasi jangka panjang untuk melakukan diversifikasi, termasuk di sektor layanan kesehatan Indonesia yang memiliki prospek dan potensi yang baik.

“Perseroan tetap yakin dengan potensi investasi di sektor ini dan terus melakukan tinjauan yang mendalam,” ujar Tira kepada Kontan, Jumat (16/5).

Sementara itu, investasi ASII di GoTo dilakukan sejak tahun 2018 dan 2019. Tujuan investasi awal di GoTo adalah untuk terlibat dalam mendukung transformasi digital/ekonomi digital dan inovasi teknologi dan memperoleh kompetensi dalam sektor digital.

“Perseroan terus memantau perkembangan GoTo dan belum memiliki rencana untuk melakukan perubahan pada investasi tersebut,” kata Tira.

Baca Juga: Astra International (ASII) Anggarkan Capex Rp 28 Triliun di Tahun 2025

Ke depan, Astra akan terus fokus pada dua hal utama agar bisa portofolio investasi bisa mendukung pertumbuhan kinerja.

Pertama, mengoptimalkan operasional bisnis inti dengan menjalankan operational excellence. Kedua, mendorong penciptaan nilai di dalam Grup Astra melalui ekspansi ke sektor-sektor yang masih berkaitan dengan bisnis inti, seperti investasi di OLX pada 2023 yang mendukung penguatan ekosistem digital dan otomotif Astra.

“Hal ini bertujuan untuk memberikan akses yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia terhadap kendaraan berkualitas, layanan pembiayaan, asuransi, dan layanan purnajual di seluruh Indonesia,” kata Tira.

Selain itu, Astra juga akan terus mencari peluang di sektor-sektor baru yang memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang, seperti sektor kesehatan (healthcare) dan investasi yang mendukung transisi energi. Contohnya, anak usaha ASII, PT United Tractors Tbk (UNTR) yang dalam beberapa tahun terakhir aktif berinvestasi di energi hijau dan mineral non-batu bara.

“Dalam setiap langkah investasi, kami tetap menjaga disiplin yang tinggi, dengan mengevaluasi secara ketat kriteria dan parameter investasi untuk memastikan bahwa setiap investasi menciptakan nilai jangka panjang yang berkelanjutan bagi para pemegang saham,” ujar Tira.

Di sisi lain, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) justru membukukan laba atas investasi neto sebesar Rp 2,46 triliun per kuartal I 2025.

EMTK sendiri melakukan investasi pada saham tercatat di bursa dengan nilai wajar Rp 2,36 triliun pada periode ini. Beberapa saham perusahaan terbuka yang dimiliki EMTK adalah PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan PT Cardig Aero Services Tbk (CASS).

Di tengah kenaikan tersebut, EMTK pun masih belum ada rencana untuk mengubah portofolio investasinya dalam waktu dekat. “Saat ini belum ada, tetapi kami selalu melihat peluang yang ada dan terbuka (dengan peluang),” ujar Head Corporate Communication Elang Mahkota Teknologi Beverly Gunawan kepada Kontan, Jumat (16/5).

Baca Juga: Kinerja Kuartal I-2025 Cemerlang, Intip Prospek Saham Elang Mahkota Teknologi (EMTK)

Akibat Volatilitas Pasar

Analis Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan mengatakan, lesunya kinerja emiten investasi pada kuartal I 2025 disebabkan oleh volatilitas pasar yang tinggi sejak awal tahun, terutama akibat tensi perang tarif AS-China dan kekhawatiran atas kondisi ekonomi global.

Sentimen ini membuat nilai portofolio investasi mereka tertekan cukup signifikan, khususnya di emiten sektor energi, yang mana SRTG dan PALM memiliki eksposur portofolio yang besar di sana.

“Sementara itu, EMTK mencatatkan kinerja positif, didorong oleh kontribusi bisnis aviasi dan pemulihan portofolio digital serta media dalam portofolio mereka yang mulai menunjukkan perbaikan di kuartal I,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (18/5).

Sepanjang kuartal II, prospek kinerja emiten investasi bisa lebih baik. Sebab, kinerja emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara umum di bulan April tercatat mulai membaik. Kondisi itu juga ditambah dengan musim pembagian dividen yang menjadi katalis tambahan.

Potensi penguatan pasar masih berlanjut sepanjang kuartal II, sehingga peluang pemulihan nilai wajar investasi bagi emiten investasi juga terbuka lebar.

“Sentimen positif lain yang mendukung antara lain stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), potensi penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI), serta membaiknya prospek ekonomi domestik,” kata Ekky.

Dari sisi valuasi, harga saham emiten-emiten investasi saat ini juga sudah mencerminkan pelemahan kinerja mereka di kuartal I.

Melansir RTI, saham SRTG parkir di level Rp 1.665 per saham, turun 20,33% sejak awal tahun alias year to date (ytd). Saham PALM parkir di level Rp 384 per saham, turun 12,33% YTD.

Lalu, saham EMTK saat ini ada di Rp 565 per saham, naik 14,84% YTD. Saham ASII Rp 4.880 per saham, turun 0,41% YTD.

Namun jika sentimen pasar terus membaik, peluang pemulihan harga saham masih sangat terbuka. “Harga saat ini bisa dibilang berada di area diskon, sehingga menarik untuk akumulasi jangka menengah-panjang,” kata Ekky.

Baca Juga: Jaga Kinerja, Begini Strategi Bisnis Elang Mahkota Teknologi (EMTK) di 2025

Rekomendasi Saham

Ekky pun merekomendasikan akumulasi saham SRTG dengan target haga Rp 2.000 per saham. EMTK juga menarik untuk dilirik dengan target harga swing di Rp 675 per saham dan target jangka panjang di Rp 950 – Rp 1.000 per saham.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menambahkan, kinerja portofolio investasi EMTK di periode ini lebih unggul dibandingkan emiten lainnya.

Dengan prospek makroekonomi yang lebih baik di tahun ini, potensi pemulihan kinerja para emiten masih terbuka lebar. “Fase itu bisa membuka potensi uptrend saham SRTG dan ASII,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (16/5).

Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila melihat, penurunan kinerja SRTG dan PALM disebabkan volatilitas harga komoditas yang memengaruhi kinerja emiten dalam portofolio keduanya. Sementara, kenaikan kinerja EMTK didorong peningkatan pendapatan operasional yang menyebabkan laba bersih naik, serta aksi korporasi yang strategis.

Ke depan, kinerja emiten investasi akan terdampak langsung oleh kebijakan pemerintah dan faktor makroekonomi. Dengan potensi meredanya perang tarif, ada kemungkinan keuntungan investasi para emiten ke depan bisa terealisasi mulai kuartal II 2025 ini.

“Dengan makroekonomi yang membaik dapat membuat pasar pulih perlahan. EMTK dan ASII bisa menjadi juwara tahun ini,” katanya.

Indy pun merekomendasikan beli untuk EMTK dan ASII dengan target harga masing-masing Rp 640 per saham dan Rp 5.000 per saham.

Selanjutnya: Link Daftar SPMB 2025 di NTT untuk SMA dan SMK, Ini Batas Jumlah Murid Per Kelas

Menarik Dibaca: 6 Rekomendasi Film Horor Studio A24 yang Paling Seram dan Menegangkan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×