Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten farmasi mencatatkan kinerja cukup bervariasi pada kuartal I 2025. Ada yang mencatatkan kenaikan laba, tetapi ada pula yang justru mengalami penurunan.
PT Sido Muncul Tbk (SIDO) salah satunya. Perseroan mencatat penurunan laba bersih 40,4% menjadi Rp 232,94 miliar dari yang tadinya mencapai Rp 390,49 pada kuartal I 2024.
Sementara, PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) masih mencatatkan kenaikan laba bersih meski penjualan turun. Di kuartal I 2025, TSPC membukukan laba yang diatribusikan ke pemilik induk atau laba bersih sebesar Rp 409,2 miliar. Angka tersebut naik tipis 0,44% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 407,4 miliar.
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Soho Global Health Tbk (SOHO) juga mencatat kenaikan laba di kuartal I 2025. Laba KLBF naik 12,5% menjadi Rp 1,11 triliun dari yang tadinya Rp 987,57 miliar pada kuartal I 2024.
Sedangkan SOHO mencetak laba sebesar Rp 133,2 miliar di kuartal I 2025, naik 5,46% dari Rp 126,3 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO) Genjot Pasar Ekspor pada Tahun 2025
Researcher Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo menilai kinerja yang berbeda-beda antar emiten ini terjadi karena masing-masing emiten memiliki strategi yang berbeda pula dalam mengelola operasionalnya.
“Contohnya KLBF menerapkan efisiensi biaya di mana mereka menggunakan mata uang yuan dalam membeli bahan bakunya, sehingga hal ini meminimalisir fluktuasi rupiah terhadap dolar Amerika,” terang Azis pada Kontan, (14/5).
Dari sisi penjualan, ia menilai bahwa penurunan penjualan SIDO dan TPSC paling dipengaruhi melemahnya daya beli. Penurunan penjualan SIDO sangat signifikan hingga membuat kinerja bottom line-nya pun ikut tertekan.
Baca Juga: Emiten Farmasi Kejar Target Kinerja Positif pada Tahun 2025, Ini Rekomendasi Sahamnya
Untuk prospek ke depannya, Azis menilai saham KLBF masih memiliki potensi tumbuh positif mengingat adanya penggunaan mata uang yuan dalam membeli bahan baku. Selain itu, ia juga menilai valuasi KLBF dan SIDO masih menarik dan dapat dinilai undervalue dibandingkan emiten lain di bidang serupa.
“Harga saham masing masing emiten saat ini sudah priced in. Contohnya harga saham KLBF terus naik karena apresiasi pelaku pasar pada kinerjanya, sementara penurunan kinerja SIDO mengakibatkan penurunan harga sahamnya,” tegas Azis.
Meski kinerja keuangan dan harga saham yang menurun pada kuartal I 2025 ini, Azis menambahkan bahwa SIDO menawarkan dividend yield yang tinggi, sehingga bisa menetralisir pergerakan harga sahamnya.
Selanjutnya: Maybank Dukung Pembangunan Pabrik Mobil VinFast lewat Pembiayaan Berkelanjutan
Menarik Dibaca: Airbnb Perkenalkan Fitur Baru, Pengguna Bisa Pilih Berbagai Layanan dan Pengalaman
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News