kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.980.000   15.000   0,76%
  • USD/IDR 16.808   20,00   0,12%
  • IDX 6.421   -17,24   -0,27%
  • KOMPAS100 924   -2,34   -0,25%
  • LQ45 719   -3,74   -0,52%
  • ISSI 205   0,45   0,22%
  • IDX30 374   -2,19   -0,58%
  • IDXHIDIV20 452   -2,45   -0,54%
  • IDX80 105   -0,30   -0,29%
  • IDXV30 111   0,26   0,23%
  • IDXQ30 123   -0,51   -0,42%

Proyek IKN Tak Mampu Menyerap Kelebihan Pasokan Semen, Cek Rekomendasi Emiten Semen


Senin, 21 April 2025 / 09:14 WIB
Proyek IKN Tak Mampu Menyerap Kelebihan Pasokan Semen, Cek Rekomendasi Emiten Semen
ILUSTRASI. Pembukaan blokir anggaran proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dianggap tidak secara signifikan memperbaiki kinerja emiten semen./PHO kontan/Carolus Agus Waluyo/16/10/2024.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten semen masih dirundung sentimen negatif. Pembukaan blokir anggaran proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dianggap tidak secara signifikan memperbaiki kinerja emiten semen.

Sebelumnya, anggaran untuk proyek IKN sempat yang terdampak program efisiensi anggaran. Namun, blokir anggaran IKN sudah dibuka kembali usai mendapatkan persetujuan dari Komisi V DPR RI dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Pagu anggaran Otorita IKN dan usulan penambahan anggaran Rp 8,1 triliun juga resmi difinalisasi oleh Presiden Prabowo Subianto. 

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) menyambut baik keputusan pembukaan kembali anggaran untuk proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di tahun 2025.

Baca Juga: Tantangan Emiten Semen Masih Berat, Simak Rekomendasi Sahamnya

Corporate Secretary PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Dani Handajani mengatakan, keputusan tersebut menjadi angin segar untuk produsen semen di Indonesia. Sebab, dimulainya kembali pembangunan IKN akan mampu mendorong permintaan semen di Pulau Kalimantan yang selama kuartal I 2025 mengalami penurunan.

“Namun, permintaan semen di IKN tahun ini diprediksi tidak akan sebanyak tahun 2023-2024 lalu,” ujarnya kepada Kontan.

Alhasil, masalah oversupply kemungkinan masih akan menghantui industri semen di tahun 2025.

Menurut Dani, memecahkan masalah oversupply semen di Indonesia tidak hanya bisa bertumpu dengan menambah proyek-proyek infrastruktur di Indonesia, tetapi juga membutuhkan konsistensi dalam penerapan beragam peraturan pemerintah.

“Seperti, pelarangan impor semen dan klinker serta moratorium pembangunan pabrik semen baru di seluruh wilayah Indonesia,” ungkapnya.

Tantangan lain yang dihadapi oleh INTP adalah menguatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah. Hal ini berdampak secara langsung terhadap peningkatan biaya operasional perusahaan, terutama kepada biaya energi.

“Sumber energi industri semen masih didominasi dari batubara dan harga acuan batubara terpengaruh dari nilai tukar dolar AS,” tuturnya.

Director PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk Reza Priyambada melihat, prospek kinerja emiten semen di kuartal I 2025 dan sepanjang tahun ini kemungkinan masih akan sama dengan kinerja tahun 2024.

Baca Juga: Semen Indonesia (SMGR) Rencanakan Buyback Saham, Segini Dana yang Dianggarkan

Sebagai gambaran, oversupply membuat penjualan semen dan laba bersih emiten mengalami kontraksi di tahun 2024. Hanya INTP yang mampu membukukan pertumbuhan laba bersih 2,93% secara tahunan alias year on year (yoy) tahun lalu.

Sementara, laba bersih PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) anjlok 66,84% yoy menjadi Rp 719,76 miliar di tahun 2024. PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT) bahkan membukukan rugi bersih Rp 716,25 miliar di tahun 2024, berbalik dari laba bersih Rp 154,80 miliar di tahun 2023.

Menurut Reza, masih adanya permintaan terhadap produk INTP dan SMGR membuat perolehan pendapatan masih ada. Tahun 2024 juga tidak terlalu banyak proyek pembangunan yang dilakukan, baik dari sisi pemerintah maupun swasta.

“Kalaupun ada, kemungkinan carry over dari tahun sebelumnya. Ini yang diperkirakan mempengaruhi permintaan semen tidak terlalu banyak tahun lalu,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (20/4).

Permintaan semen di kuartal I 2025 pun masih belum banyak. INTP misalnya, encatatkan penjualan semen sebanyak 3,9 juta ton per kuartal I 2025.

Raihan INTP itu turun 5,9% yoy dari volume penjualan tahun lalu. Meskipun begitu, performa volume industri menurun lebih tinggi lagi pada periode ini, yaitu 7,8% yoy.

Hal itu disebabkan oleh belum ada pembangunan proyek skala besar disertai permintaan dari skala rumah tangga (semen kantong) yang relatif kecil pada periode ini.

“Kalaupun anggaran IKN tidak jadi diblokir, realisasi dan pembayarannya yang harus dilihat seberapa besar penyerapannya, sehingga dapat berimbas pada meningkatnya permintaan akan semen,” paparnya.

Di tengah pelemahan kinerja, harga saham emiten semen juga ikut tertekan sejak awal tahun. Saham SMGR dan INTP sudah turun masing-masing 25,53% dan 28,04% sejak awal tahun alias year to date (YTD). Saham CMNT juga memerah 3,41% YTD.

SMGR dan INTP pun melakukan pembelian kembali alias buyback saham dengan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai respons terhadap valuasi saham yang diniliai undervalue.

SMGR melakukan buyback saham senilai sebesar-besarnya Rp 300 miliar. sementara, INTP mengalokasikan dana maksimal sebesar Rp 2,25 triliun untuk pelaksanaan buyback tersebut.

Baca Juga: Industri Semen Menantang, Indocement (INTP) Laksanakan Restrukturisasi Internal

Reza melihat, buyback saham yang dilakukan INTP dan SMGR hanya memberikan sentimen baik sesaat di mana emiten memanfaatkan rendahnya harga untuk mereka bisa membeli dan disimpan di portapelnya (treasury stock).

Namun, ini pun ada jangka waktunya. Sebab, mereka harus melepas kembali saham treasury itu dengan harapan pada saat pelepasan kembali, kinerja perusahaan dan sahamnya membaik.

“Namun, apakah ada jaminan pada saat pelepasan saham, sentimen yang ada sudah membaik, sehingga harga pelepasan sahamnya bisa lebih tinggi? Di sisi lain, sentimen yang mempengaruhi kinerja adalah permintaan dan penawaran, serta harga bahan baku yang ada,” paparnya.

Reza pun menyarankan investor untuk memerhatikan saham INTP, SMBR, dan SMGR dengan target harga masing-masing Rp 6.120 per saham, Rp 187 per saham, dan Rp 2.600 per saham.

Selanjutnya: Promo Hari Kartini F&B ID, Chatime hingga Cupbop Beri Diskon Menarik

Menarik Dibaca: Promo Hari Kartini F&B ID, Chatime hingga Cupbop Beri Diskon Menarik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×