Reporter: Muhammad Musa | Editor: Noverius Laoli
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi, melihat penurunan harga batubara dipicu oleh kebijakan energi terbarukan dan pengurangan emisi karbon yang menurunkan permintaan.
"Prospek harga batubara diperkirakan tetap tertekan dalam jangka pendek hingga menengah, bahkan bisa melanjutkan tren penurunan hingga akhir tahun 2024 dan tahun 2025," kata Reza kepada Kontan.
Ia menyarankan investor untuk mengurangi eksposur terhadap saham batubara dan meningkatkan alokasi pada sektor-sektor yang tahan terhadap perubahan kebijakan energi, seperti energi terbarukan atau teknologi.
Baca Juga: Turun, Penjualan Alat Berat United Tractors (UNTR) Capai 1.757 Unit Hingga Mei 2024
Fokus pada emiten dengan fundamental kuat dan rencana diversifikasi bisnis yang jelas juga dianjurkan.
Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, memperkirakan harga batubara masih rawan terkoreksi dalam rentang area US$ 123 – US$ 129 per ton.
Herditya merekomendasikan speculative buy pada saham PTBA dan HRUM dengan target harga Rp 2.500 – Rp 2.550 dan Rp 1.200 – Rp 1.250. Ia juga menyarankan buy on weakness pada saham DOID dengan target harga Rp 560 – Rp 580 dan wait and see pada saham ITMG dengan support Rp 23.575 dan resistance Rp 24.125.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Jajaki Kerjasama Proyek Gasifikasi Batubara
Nafan juga merekomendasikan accumulative buy pada saham BRMS dan ADMR dengan target harga masing-masing Rp 145 dan Rp 1.400, serta buy on weakness pada saham ADRO dan ITMG dengan target harga masing-masing Rp 2.720 dan Rp 24.350.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News