Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya restrukturisasi dan divestasi aset yang dilakukan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mulai menunjukkan hasil positif.
Langkah ini dinilai menjadi strategi penting untuk memperbaiki struktur keuangan dan memulihkan kinerja bisnis yang sempat tertekan utang dan beban bunga tinggi.
Analis Riset Ekuitas Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang, menilai penjualan aset non-core serta efisiensi keuangan yang dijalankan manajemen merupakan langkah realistis di tengah tekanan likuiditas.
“Restrukturisasi dan divestasi ini perlu untuk memperkuat kas dan menurunkan leverage. Dampaknya sudah mulai terlihat dari penurunan beban keuangan dan kerugian yang makin kecil,” ujar Alrich kepada Kontan, Jumat (7/11/2025).
Baca Juga: Kinerja Membaik, Kimia Farma (KAEF) Pangkas Beban Usaha dan HPP per Kuartal III-2025
Berdasarkan laporan keuangan per September 2025, beban keuangan KAEF turun menjadi Rp 364,8 miliar dari Rp 442,4 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Kerugian bersih juga menyusut tajam menjadi Rp 234,1 miliar, dibandingkan rugi Rp 550,8 miliar pada sembilan bulan pertama 2024. Alrich menilai tren perbaikan sudah jelas terlihat, meski profitabilitas penuh belum sepenuhnya pulih.
Dari sisi operasional, penjualan bersih tercatat sekitar Rp 7 triliun, dengan margin kotor naik menjadi 34,9% dari sebelumnya 32,2%. Penurunan beban pokok penjualan menunjukkan efisiensi produksi dan distribusi mulai membaik.
Jika tren efisiensi dan restrukturisasi berlanjut, Alrich memperkirakan kerugian bisa ditekan di bawah Rp200 miliar pada akhir 2025, bahkan berpotensi berbalik laba pada 2026.
Ia menambahkan, prospek pertumbuhan tahun depan berpeluang lebih kuat seiring penurunan leverage pascadivestasi, meningkatnya permintaan obat generik lewat program kesehatan pemerintah, dan sinergi dengan Bio Farma Group sebagai induk holding BUMN farmasi.
Baca Juga: Rugi Kimia Farma (KAEF) Susut 57,39% per Kuartal III-2025
“Dengan langkah ini, KAEF bisa lebih fokus pada lini bisnis utama seperti obat generik dan distribusi kesehatan yang memiliki margin lebih baik,” ujarnya.
Meski begitu, Alrich mengingatkan masih ada tantangan dalam efisiensi rantai pasok dan pengelolaan modal kerja.
“Kelebihan KAEF ada pada jaringan distribusi nasional yang luas dan sinergi antar-BUMN. Namun produktivitas aset perlu ditingkatkan agar kinerja lebih optimal,” katanya.
Dari sisi pasar modal, saham KAEF dinilai berpotensi mengalami re-rating jangka menengah jika restrukturisasi berhasil menekan beban bunga dan kerugian bersih secara signifikan.
“Tren penurunan rugi dari Rp550 miliar menjadi Rp234 miliar menunjukkan arah positif. Jika laporan keuangan 2025 membaik, sahamnya bisa kembali dilirik investor,” ujar Alrich.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Kimia Farma (KAEF) di Tengah Rencana Restrukturisasi Utang
Ia memberikan rekomendasi spekulatif buy untuk saham KAEF dengan target harga konservatif Rp 650 – Rp 700 per saham. Namun untuk mencapai valuasi di atas Rp1.000 per saham, perusahaan harus mampu mencetak laba positif dan arus kas operasi yang stabil pada 2026.
Selanjutnya: Profil Zainal Abidin Syah: Pahlawan Nasional Baru dari Kesultanan Tidore
Menarik Dibaca: Promo 11.11 The Body Shop 9-15 November 2025, Masker-Body Scrub Diskon hingga 70%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













