kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.440.000   -4.000   -0,28%
  • USD/IDR 15.350   -1,00   -0,01%
  • IDX 7.829   -2,64   -0,03%
  • KOMPAS100 1.196   2,88   0,24%
  • LQ45 970   3,33   0,34%
  • ISSI 228   0,02   0,01%
  • IDX30 495   1,66   0,34%
  • IDXHIDIV20 597   3,35   0,56%
  • IDX80 136   0,44   0,33%
  • IDXV30 140   0,56   0,40%
  • IDXQ30 166   1,10   0,67%

Intip reksadana Pinnacle Strategic Equity Fund


Senin, 17 Juli 2017 / 23:23 WIB
Intip reksadana Pinnacle Strategic Equity Fund


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Manajer investasi kerap melakukan strategi pemilihan saham berdasarkan sektor untuk mengisi portofolio reksadana saham. Namun, Pinnacle Investment memiliki strategi pemilihan saham yang berbeda dengan menerapkan strategi "Factor-Based Investing Strategy" pada reksadananya yang bertajuk Pinnacle Strategic Equity Fund.

Guntur Putra, President & Chief Executive Officer (CEO) Pinnacle Investment mengatakan strategi ini merupakan terobosan inovasi baru dalam penerapan strategi investasi di Indonesia. "Pinnacle Investment menjadi pelopor dalam penerapan strategi factor based investing," kata Guntur.

Dalam memilih saham, Guntur menjelaskan tidak melihat berdasarkan sektor. " Kami memilih saham dari kacamata "faktor", bukan sektor strategi ini menerapkan gabungan pendekatan kuantitatif dan fundamental," jelas Guntur.

Salah satu faktor yang menjadi acuan adalah momentum, value, quality, dan volatility. "Kami fokus terhadap faktor (driver of return) yang telah teruji secara historis untuk menghasilkan alpha," kata Guntur. Dengan strategi ini Guntur mengatakan manajemen risiko jadi sangat terukur dan terjaga.

Komposisi aset reksadana ini terdiri dari 92% saham dan 8% isntrumen pasar uang atau obligasi jangka pendek. Mayorita saham yang mengisi portofolio reksadana ini adalah sekitar 80% saham Large Cap yang ada di LQ45.

Alasannya, reksadana ini mengedepankan faktor likuiditas dengan fokus pada saham yang berkapitalisasi besar sehingga memiliki kinerja lebih stabil dan konsisten secara jangka panjang.

Guntur juga tidak terlalu aktif dalam melakukan trading karena berusaha meminimalisir slippage atau transaction cost yang menurutnya tinggi di Indonesia. "Kami lebih menerapkan strategi jangka panjang, bukan strategi jangka pendek yang umum di terapkan reksadana berbasis saham lainnya," kata Guntur.

Kemudian, pemilihan saham juga dipilih dari saham Mid/Small Cap unggulan yang likuiditasnya terjaga. Lima saham unggulan reksadana ini adalah Bank Negara Indonesia (BBNI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Gudang Garam (GGRM), Telekomunikasi Indonesia (TLKM), dan United Tractors (UNTR).

Berdasarkan data Fund Fact Sheet per Juni 2017, reksadana ini menempatkan paling besar asetnya di sektor keuangan sebesar 33,14%. Selanjutnya, sebesar 24,01% ditempatkan pada saham di sektor consumer goods dan 9,52% pada saham di sektor infrastruktur. Ada pun sektor yang juga dipilih adalah mining, trade, aneka industri, basic industry, dan property.

Dengan komposisi portofolio tersebut, Guntur menyebut kinerja reksadana ini berjalan optimal. Secara year to date (YTD) reksadana ini mencatatkan imbal hasil sebesar 10,0% dan 20,48% selama satu tahun. Angka yang dicatat per 12 Juli 2017 ini berhasil berada di atas indeks yang secara YTD dan dalam satu tahun kinerjanya 9,8% dan 14,11%.

Jika kondisi market berubah, Guntur akan menerapkan proses rebalancing portofolio secara sistematis dan berkala melalui proses manajemen risiko, pengidentifikasian tingkat volatilitas pasar sehingga portofolio reksadana ini dapat beradaptasi dengan situasi pasar.

Gemar Luncurkan ETF

Pinnacle Investment merupakan manajer investasi yang memiliki sebagian besar produk reksadana berjenis ETF ( (Exchange Traded Fund). Guntur Putra, President & Chief Executive Officer (CEO) Pinnacle Investment menjelaskan ETF diluncurkan karena melihat demand dari investor.

Selain itu, Pinnacle menempatkan diri sebagai manajer investasi berbasis teknologi di Indonesia. Meski begitu, ini Pinnacle sedang menyiapkan beberapa produk reksadana konvensional.

Inovasi produk reksadana yang diluncurkan Pinnacle Investment sebelumnya adalah tiga produk SMART BETA ETF, yaitu Pinnacle Core High Dividend ETF, Pinnacle Indonesia Large-Cap ETF, dan PineShares Pinnacle Enhanced Liquid ETF.Pinnacle Investment merupakan MI pertama yang meluncurkan ETF berbasis SMART ACTIVE & SMART BETA.

Total dana kelolaan Pinnacle Investment hingga Juli 2017 mencapai Rp 2,2 triliun. "Kami belum menargetkan total dana kelolaan karena kami masih fokus meningkatkan track record performance," kata Guntur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×