kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini pemicu reksadana campuran ungguli IHSG


Kamis, 13 Juli 2017 / 22:26 WIB
Ini pemicu reksadana campuran ungguli IHSG


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Awal semester II-2017, reksadana campuran berhasil mengungguli kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Berdasarkan data dari Infovesta Utama secara year to date (ytd) per 12 Juli 2017, terdapat delapan reksadana campuran yang berkinerja lebih unggul dari kinerja IHSG. Urutan pertama ditempati reksadana Sucorinvest Flexi Fund dengan imbal hasil sebesar 19,79% ytd. Sementara, di periode yang sama, IHSG naik 9,86%.

Head of Investment Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, sejak awal tahun, suku bunga yang stabil memang menjadi katalis positif bagi obligasi terutama Surat Utang Negara (SUN). Selain itu, kenaikan peringkat surat utang Indonesia ke level layak investasi atau investment grade dari Standard and Poor's (S&P) tentu menjadi katalis manis bagi reksadana yang memegang obligasi.

Sementara, kinerja saham turut menyokong kinerja rekasadana campuran karena terbawa pengaruh katalis positif dengan adanya perbaikan ekonomi nasional dan kinerja saham emiten. Meski, sebenarnya saham cukup bergerak fluktuatif, reksadana campuran yang sebagian besar memegang obligasi bisa menjadi penahan di saat saham turun dan kinerja reksadana ini pun tidak jatuh terlalu dalam.

Wawan menilai daftar reksadana yang masuk dalam urutan teratas rekasadana campuran yang unggul dari IHSG dikarenakan manajer investasi cenderung agresif dan fokus ke saham. Oleh karena itu, hingga akhir tahun Wawan tetap menjagokan reksadana saham sebagai reksadana yang akan paling tinggi kinerjanya. "Berharap di kuartal IV-2017 ada perbaikan kinerja emiten yang bisa mendorong saham lebih tinggi lagi," kata Wawan.

Tak kalah, reksadana campuran diprediksi tetap mencatatkan kinerja positif dengan rata-rata imbal hasil 8%-9% hingga akhir tahun. Sementara reksadana saham diprediksikan akan meraih imbal hasil 10%-12% di akhir tahun.

Namun, sentimen negatif tentu mungkin terjadi. Inflasi yang cenderung naik dari awal tahun bisa mengoreksi kinerja obligasi, selain itu kenaikan suku bunga Fate Fund Rate juga bisa menjadi sentimen negatif. Pada instrumen saham sentimen negatif datang dari suku bunga yang naik, harga komoditas yang belum membaik imbas isu regional dan adanya krisis geopolitik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×