kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hasil Liga Saham Big Cap Pekan Kedua: ASII menyodok, BBRI dan BMRI memimpin


Minggu, 15 Desember 2019 / 22:01 WIB
Hasil Liga Saham Big Cap Pekan Kedua: ASII menyodok, BBRI dan BMRI memimpin
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia Jakarta, Jumat (22/11). Banyak kejutan di bursa saham di perdagangan saham pekan lalu (9-13 Desember 2019). Termasuk di laga Liga Saham Big Cap.


Reporter: Akhmad Suryahadi, Barly Haliem, Ika Puspitasari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak kejutan terjadi di bursa saham sepanjang laga perdagangan saham pekan lalu. Di antara sekian banyak kejutan, tendangan geledek aksi korporasi emiten saham Astra International Tbk (ASII) boleh dibilang paling menggelegar dan menggetarkan pasar saham.

Kamis (12/12), ASII dan Standard Chartered bank (Stanchart) meneken perjanjian jual beli saham bersyarat atas 89,12% saham Permata Bank Tbk (BNLI) dengan Bangkok Bank dari Thailand. Nilai akuisisi saham Permata bisa mencapai US$ 2,6 miliar atau setara dengan kurang lebih Rp 37,43 triliun.

Astra dan Stanchart sama-sama memiliki 44,56% saham BNLI. Alhasil, jika transaksi jual beli saham BNLI kelar, ASII akan mengantongi sekitar Rp 18,7 triliun.

Sebelumnya, DBS Singapura, Sumitomo Mitsui Banking Corp (SMBC), Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan sejumlah nama lain disebut-sebut sebagai calon pembeli serius saham BNLI. Oleh karena itu, kesepakatan yang diumumkan pekan lalu juga mengakhiri spekulasi tentang siapa pembeli saham BNLI.

Baca Juga: IHSG berpotensi melemah di awal pekan

Prospek ASII

Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki dan Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus sama-sama menilai positif dampak penjualan saham BNLI bagi saham ASII. Sebab ASII akan menerima dana gain from investment dari penjualan saham BNLI.

Sesungguhnya jalan transaksi jual beli saham BNLI masih panjang. Apa yang diumumkan mereka barulah kesepakatan awal. Banyak syarat yang harus dipenuhi agar deal besar itu sampai pada eksekusi.

Misalnya, jual beli saham BNLI masih menunggu persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta otoritas perbankan Thailand. Juga sejumlah syarat lain yang berkaitan dengan aspek-aspek keuangan BNLI, untuk jangka waktu hingga 12 bulan ke depan. Dengan kata lain, apa pun bisa terjadi, termasuk transaksi batal, jika syarat dan ketentuannya tak terpenuhi.

Namun  demikian, pasar saham telanjur punya ekspektasi sendiri.  Kesepakatan awal jual beli saham BNLI ini lantas dijadikan sentimen penggerak saham ASII.

Apalagi, kendati proses penyelesaian transaksi masih lama, pasar saham sudah berspekulasi bahwa ASII akan menggunakan hasil penjualan saham BNLI sebagai dividen. Tak heran jika sehari setelahnya, saham ASII naik 4,58% pada penutupan pasar saham Jumat (13/12).

Harga saham ASII pun menyodok ke posisi tertinggi pada perdagangan akhir pekan lalu di antara saham-saham big cap lain peserta Liga Saham Big Cap. Investor asing juga mencatatkan pembelian bersih (net buy) saham ASII, senilai sekitar Rp 40,38 miliar.

Baca Juga: IHSG masih mungkin terkoreksi hingga akhir tahun

Ke depan, Nico menilai,  prospek bisnis ASII bakal terus tumbuh. Oleh karena itu ia menyarankan buy saham ASII dengan target harga Rp 7.750 per saham.

Namun Yaki merekomendasikan hold saham ASII. Hitungan dia, harga pasar wajar saham ASII di level Rp 7.000 per saham.

Dominasi saham bank

Secara keseluruhan, pasar saham pekan lalu bergerak positif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rebound 0,94% ke level 6.197,318 pada perdagangan Jumat (13/12). Selama sepekan, IHSG menguat 0,17%.

Pasar saham juga masih terhitung meriah kendati volume dan nilai transaksi saham turun ketimbang perdagangan Kamis (12/12). Sepanjang perdagangan saham Jumat, volume transaksi saham melibatkan sekitar 9,79 miliar unit,  turun 29,61% dibanding dengan volume perdagangan saham Kamis (11/12).

Sementara nilai transaksi saham di bursa sekitar Rp 8,3 triliun atau turun 9,48% dari nilai transaksi saham sehari sebelumnya. Namun net buy investor asing melonjak menjadi sekitar Rp 513,7 miliar.

Baca Juga: Sejumlah bank besar targetkan kredit konsumer tumbuh dua digit tahun 2020

Transaksi saham bank besar peserta Liga Saham Big Cap menjadi motor penggerak bursa saham. Perdagangan saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) tercatat mendominasi jalannya bursa saham. Saham BBRI juga paling banyak diborong oleh investor asing.

Penggocek kemeriahan bursa saham selanjutnya berasal dari transaksi saham Bank Central Asia Tbk (BBCA), saham Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan saham Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Di luar dominasi permainan empat saham bank besar, pasar saham pekan lalu juga digerakkan transaksi saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan saham Barito Pacific Tbk (BRPT).

Baca Juga: Kinerja moncer sejak awal tahun, penghuni Indeks IDXGrowth30 ini layak koleksi

Dominasi saham bank di Liga Saham Big Cap pekan lalu juga tampak pada peringkat  saham pencetak kenaikan tertinggi selama pekan lalu. Dua posisi teratas ditempati saham BMRI dan saham BBRI. Berikut ini adalah daftar selengkapnya:

Peringkat Saham Liga Saham Big Cap dengan Kenaikan Tertinggi Sepekan (9-13 Desember 2019)
Rangking Kode Harga (13/12)* Perubahan**
Per 13/12 9-13 Des
1 BMRI 7.375 1,03 2,79
2 BBRI 4.280 0,71 2,64
3 ASII 6.850 4,58 1,11
4 TPIA 9.900 0,51 1,02
5 BBNI 7.650 1,66 0,99
6 BRPT 1.420 0,71 0,35
7 ICBP 11.450 0,66 0,22
8 BBCA 31.800 0,32 -0,55
9 HMSP 2.060 0,49 -0,96
10 CPIN 6.800 4,21 -1,45
11 GGRM 52.025 0,34 -1,47
12 UNVR 41.225 0,55 -2,43
13 TLKM 3.990 1,01 -2,68

 *Rp per saham, **persen (%)
Sumber: RTI dan Riset KONTAN

Perdagangan saham pekan lalu juga menandai kembalinya pemodal asing ke pasar saham dalam negeri. Mereka masih terus memborong saham-saham peserta Liga Saham Big Cap.

Berikut peta perdagangan saham peserta Liga Saham Big Cap berdasarkan volume dan nilai transaksi di pekan kedua Desember 2019:

Peringkat Saham Liga Saham Big Cap Berdasarkan Nilai Transaksi Tertinggi (9-13 Desember 2019)
Kode Volume* Nilai**
13-Dec 9-13 Des 13-Dec 9-13 Des
BBRI 167,62 483,98 716,45 2.046,27
BBCA 14,16 61,55 451,3 1.961,16
TLKM 81,94 445 326,46 1.786,38
BMRI 63,74 240 470,48 1.763,00
ASII 66,94 141,93 456,79 954,22
BBNI 24,45 103,36 186,59 785,21
BRPT 75,93 309,34 106,64 437,23
UNVR 2,58 10,37 106,16 432,03
GGRM 0,95 6,62 49,5 350,56
TPIA 6,46 32,65 64,01 321,72
HMSP 28,64 147,39 59,1 306,26
CPIN 6,82 30,34 45,82 207,12
ICBP 3,44 16,4 39,4 187,27

*Juta unit saham, **Rp miliar
Sumber: RTI dan Riset KONTAN

Ada pun daftar saham Liga Saham Big Cap yang paling banyak diborong investor asing sepanjang pekan kedua Desember 2019 adalah sebagai berikut:

Kode Net Buy/Net Sell*
Per 13/12 9-13 Des
BBRI 451,81 274,82
BMRI -24,61 222,31
BRPT -1,35 23,36
ICBP -6,08 15,13
TLKM -55,44 12,02
TPIA 3,41 -1,83
CPIN 8,15 -19,5
HMSP -13,81 -20,69
BBCA -0,35 -33,09
BBNI 10,39 -83,12
GGRM 16,81 -100,47
ASII 40,38 -103,9
UNVR -26,25 -123,78

 *Rp miliar (tanda minus=net sell)
Sumber: RTI dan Riset KONTAN

Kejutan dari TPIA, BRPT dan GGRM

Arena Liga Saham Big Cap pekan lalu juga diwarnai kejutan lain dari saham PT Chandra Asri Tbk (TPIA), dan saham BRPT. Dua emiten saham milik taipan Prajogo Pangestu, TPIA dan BRPT, misalnya, kompak menembus rekor harga tertinggi baru.

Saham TPIA mencetak rekor harga tertinggi baru di level Rp 9.950 per saham pada perdagangan Kamis (12/12). Sementara saham BRPT menorehkan rekor tertinggi baru di harga Rp 1.450 per saham pada perdagangan Senin (9/12).

Sejauh ini saham TPIA dan saham BRPT tercatat sebagai saham pencetak kenaikan harga tertinggi di deretan saham big cap.  Sejak awal tahun ini sampai penutupan bursa saham pekan lalu, saham BRPT melesat 197,07%, dan melonjak 251,49% jika dihitung setahun terakhir. Adapun saham TPIA melejit 67,09% sejak awal tahun, dan melompat 91,30% dalam setahun terakhir.

Baca Juga: Perang dagang mereda, IHSG diproyeksi menguat

Nasib sebaliknya dicatatkan oleh saham Gudang Garam Tbk (GGRM). Saham emiten rokok asal Kediri, Jawa Timur  itu sempat terpental dari papan peserta Liga Saham Big Cap pekan lalu. Sebab nilai kapitalisasi pasar (market cap) saham GGRM turun lagi ke bawah Rp 100 triliun.

Pada perdagangan saham Kamis (12/12), harga saham GGRM turun 350 poin atau 0,67% menjadi Rp 51,850 per saham. Market cap saham GGRM pun merosot menjadi Rp 99,76 triliun.

Memang, pada penutupan bursa saham Jumat (13/12), harga saham GGRM naik 175 poin atau 0,34% menjadi Rp 52,025 per saham. Alhasil, market cap saham GGRM naik menjadi Rp 100,1 triliun dan masuk lagi ke jajaran big cap di atas Rp 100 triliun.

Namun posisi saham GGRM masih goyah dan rawan terpental lagi dari Liga SahamBig Cap. Sebab dalam beberapa waktu terakhir sentimen negatif selalu membayangi saham emiten rokok.

Baca Juga: Kinerja IDX Growth30 melesat jauh dibanding IHSG, ini penyebabnya

Tekanan paling menonjol terhadap saham rokok masih berasal dari kenaikan cukai rokok sebesar 23% di tahun depan. Sentimen ini dinilai akan menurunkan kinerja keuangan emiten rokok maupun kinerja saham emiten rokok.

Fokus pekan ini: saham bank  

Secara umum, semua saham peserta Liga Saham Big Cap pada perdagangan saham Jumat (13/12) naik. Saham BBCA juga masih kokoh di posisi puncak klasemen Liga Saham Big Cap dari sisi nilai market cap.

Agar makin lebih jelas, berikut ini peringkat lengkap market cap saham peserta Liga Saham Big Cap berdasarkan penutupan bursa saham Jumat (13 Desember 2019):

Peringkat Market Cap Peserta Liga Saham Big Cap (per 13/12/2019
Kode Market Cap* PER (X) PBV (X)
BBCA 784,03 28,12 4,67
BBRI 527,92 15,97 2,65
TLKM 395,26 17,97 3,4
BMRI 344,17 12,74 1,71
UNVR 314,55 42,81 45,65
ASII 277,31 13,1 1,53
HMSP 239,62 17,61 7,49
TPIA 176,55 189,73 7,03
BBNI 142,66 8,94 1,18
ICBP 133,53 25,79 5,29
BRPT 126,41 81,64 0,65
CPIN 111,51 32,54 5,57
GGRM 100,1 10,37 2,11

 *Rp triliun
Sumber: RTI dan Riset KONTAN

Berdasarkan hasil laga pekan lalu, bagaimana proyeksi pasar saham satu pekan ke depan? Sejumlah analis memproyeksikan arah bursa saham sepekan ke depan cenderung positif. Saham perbankan, TLKM, dan saham ASII masih masuk daftar fokus pekan ini.

Sejumlah katalis positif akan mendorong harga saham di bursa. Di antaranya adalah tercapainya kesepakatan perdagangan fase pertama antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Pasar juga menilai positif hasil pemilu Inggris karena memberi harapan dan kepastian mengenai keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Baca Juga: Konflik Mereda, Kurs Rupiah Pekan Depan Masih akan Menguat

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu memproyeksikan, sepekan ke depan IHSG masih akan bergerak di zona hijau. Rilis indikator perekonomian seperti neraca perdagangan (trade balance) dapat menjadi katalis positif bagi IHSG jika hasilnya positif.

Saham perbankan diproyeksikan tetap menjadi pendorong utama pergerakan IHSG. "Perkiraan kami, kisaran IHSG untuk satu pekan ke depan berada pada level 6,150-6,255," kata Dessy, akhir pekan lalu.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menambahkan, hasil negosiasi perdagangan AS-China menjadi angin segar dan pendorong IHSG ke depan. Selain itu, bangkitnya harga minyak mentah, harga batubara dan harga crude palm oil (CPO) turut menjadi sentimen positif pasar saham.

Demikian ulasan hasil laga Liga Saham Big Cap sepekan lalu, serta proyeksi untuk pekan depan. Nantikan terus ulasan-ulasan seru seputar Liga Saham Big Cap hanya di kontan.co.id.

Baca Juga: OJK Siapkan Aturan Produk Investasi Baru

Salam Liga Saham, semoga Anda senantiasa cuan!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×