Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga tembaga berjangka di Amerika Serikat (AS) mencetak rekor tertinggi pada Kamis (24/7/2025).
Memperluas selisihnya terhadap harga acuan global di London Metal Exchange (LME), hanya beberapa hari menjelang penerapan tarif impor tembaga oleh pemerintah AS yang dijadwalkan mulai 1 Agustus.
Baca Juga: Freeport Masih Tunggu Kepastian Tarif Impor Tembaga AS
Melansir Reuters, harga kontrak tembaga paling aktif di bursa COMEX naik 1,1% menjadi US$ 5,884 per pon setelah sempat menyentuh rekor intraday di US$ 5,959 per pon.
Sementara itu, harga tembaga tiga bulan di LME stabil di US$ 9.926,50 per metrik ton pada pukul 16.30 WIB.
Dengan pergerakan ini, selisih harga (premium) antara tembaga COMEX dan LME melebar menjadi 31%, naik dari 29% pada hari sebelumnya.
Meski begitu, premium tersebut masih berada di bawah rencana tarif impor sebesar 50% yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump, karena pasar masih menanti kepastian soal tenggat waktu 1 Agustus serta daftar produk tembaga yang akan dikenai tarif tersebut.
Baca Juga: Harga Tembaga Terangkat Kesepakatan AS dan Jepang Terkait Tarif
Analis Ingatkan Risiko Koreksi
“Kami berhati-hati terhadap lonjakan harga tembaga saat ini. Setiap perubahan dalam kebijakan tarif Trump baik dalam bentuk pengecualian maupun penurunan tarif berpotensi menekan kembali premium COMEX,” ujar Ewa Manthey, analis komoditas di ING.
Stok tembaga di gudang milik COMEX melonjak 163% dalam empat bulan terakhir. Namun, laju arus masuk mulai melambat dalam beberapa hari terakhir.
Menurut Manthey, tren ini kemungkinan akan berlanjut, yang akan meningkatkan ketersediaan tembaga di luar AS dan menekan harga global.
Baca Juga: Trump Terapkan Tarif Impor Tembaga 50% per Agustus, Ini Efeknya ke Freeport
Fokus Pasar: Tarif dan Negosiasi Dagang
Selain tarif impor tembaga AS yang dijadwalkan berlaku 1 Agustus, perhatian pasar logam juga tertuju pada pembicaraan dagang antara AS dan China yang dijadwalkan berlangsung di Swedia pekan depan.
AS juga tengah melakukan negosiasi serupa dengan negara lain dan menyelidiki kemungkinan pemberlakuan tarif untuk sejumlah mineral penting lainnya.
China, sebagai konsumen logam terbesar dunia, menghadapi tenggat waktu 12 Agustus untuk mencapai kesepakatan dagang dengan Washington, atau berisiko dikenai tarif AS yang lebih tinggi.
Baca Juga: Menteri Bahlil: Ekspor Tembaga ke AS Tetap Harus Lewat Proses Hilirisasi
Logam Lain Kompak Menguat
Di luar tembaga, harga logam dasar lainnya di LME juga mengalami penguatan. Harga seng (zinc) naik 0,3% menjadi US$ 2.870,50 per ton setelah sempat menyentuh level tertinggi empat bulan di US$ 2.880.
Timah menguat 0,5% ke US$ 34.980 setelah mencetak level tertinggi sejak 7 April di US$ 35.100.
Nikel naik tipis 0,2% ke US$ 15.600 setelah menyentuh US$ 15.640, tertinggi sejak 23 Mei. Aluminium dan timbal masing-masing naik 0,3% dan 0,1% menjadi US$ 2.658 dan US$ 2.032,50 per ton.
Selanjutnya: 6 Bandara Paling Indah di Dunia Tahun 2025, Apa saja Keunggulannya?
Menarik Dibaca: 100 Anak Muda ASEAN Siap Laksanakan Proyek Sosial Lintas Negara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News