Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga tembaga dunia melemah pada perdagangan Selasa (27/5), tertekan oleh ketidakpastian arah kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) serta penguatan dolar AS.
Padahal sebelumnya harga sempat menyentuh level tertinggi dalam hampir dua pekan akibat gangguan pasokan dari Kongo.
Melansir Reuters, harga tembaga tiga bulan di London Metal Exchange (LME) tercatat hampir tidak berubah di US$ 9.609 per ton, setelah sempat menyentuh level US$ 9.634, tertinggi sejak 14 Mei 2025.
Baca Juga: Dolar Melemah, Selera Risiko Meningkat, Harga Tembaga Naik
Sementara itu, kontrak tembaga Comex AS turun 1,4% ke US$ 4,75 per pon, memperlebar selisih premi terhadap harga LME menjadi US$ 895 per ton.
Khawatir Arah Negosiasi AS-Uni Eropa
Pasar logam masih dibayangi ketidakpastian arah kebijakan dagang AS. Presiden Donald Trump memutuskan untuk mencabut ancaman pemberlakuan tarif 50% terhadap impor Uni Eropa yang sebelumnya dijadwalkan bulan depan.
Uni Eropa menyambut keputusan ini dan menyebutnya sebagai dorongan baru dalam proses negosiasi.
Namun, analis memperingatkan bahwa ketidakpastian tetap tinggi.
Baca Juga: Freeport Indonesia Ungkap Produksi Katoda Tembaga Mulai Minggu ke-4 Bulan Juni 2025
"Kita belum tahu ke mana arah tarif ini akan berkembang. Negosiasi AS dan Eropa masih abu-abu," ujar Nitesh Shah, analis komoditas WisdomTree.
Dolar AS yang menguat turut menekan harga tembaga karena membuat aset berdenominasi dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli dari luar negeri.
Permintaan China Mulai Melambat
Di China, yang merupakan konsumen logam terbesar dunia, permintaan end-user mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan.
Menurut konsultan Everbright Futures, pasar tembaga akan segera memasuki musim sepi permintaan, yang bisa memperlemah fundamental pasar.
Harga kontrak tembaga paling aktif di Shanghai Futures Exchange (ShFE) juga melemah 0,08% menjadi 78.210 yuan atau sekitar US$ 10.878 per ton.
Baca Juga: Harga Patokan Ekspor Konsentrat Tembaga Naik 3,18% pada Periode Kedua Mei 2025
Gangguan Produksi di Kongo Bisa Jadi Penopang Harga
Di sisi pasokan, ada potensi penopang harga dari penghentian operasi tambang tembaga Kakula milik Ivanhoe Mines di Republik Demokratik Kongo akibat aktivitas seismik yang mengganggu penambangan bawah tanah.
Analis Morgan Stanley Amy Gower memperkirakan, penangguhan ini bisa menghilangkan hingga 150.000 ton pasokan bila berlanjut hingga akhir tahun.
“Ini berpotensi memperketat pasar dan menambah tekanan pada tarif pengolahan (treatment charges),” jelas Gower.
Baca Juga: Geolog Temukan Harta Karun Emas, Perak, dan Tembaga Terbesar dalam 3 Dekade
Logam Dasar Lain Ikut Terkoreksi
Selain tembaga, harga logam dasar lainnya di LME juga cenderung melemah: Aluminium turun 0,3% menjadi US$ 2.471 per ton, Zinc melemah 0,2% ke US$ 2.696, Timbal (lead) turun 0,4% ke US$ 1.983,50, Nikel ambles 1,2% ke US$ 15.410, dan Timah (tin) tertekan 0,6% ke US$ 32.625.
Selanjutnya: Suku Bunga Dipangkas, Ini Reksadana yang Paling Diuntungkan
Menarik Dibaca: Tren Ubin Terakota Gaya Barat Daya ala Joanna Gaines yang Cocok untuk Ruang Kecil
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News