Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga surat berharga syariah negara (SBSN) tercatat masih di bawah par atau nilai awal 100%, berbanding terbalik dengan harga surat berharga negara (SBN).
Melansir laman Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), harga SBSN dengan berbagai tenor dan kupon masih berada di kisaran 98%. Sementara, rata-rata harga SBN sudah mencapai 100%.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan, beberapa harga SBSN masih berada di bawah harga par karena tingkat kupon pada SBSN tersebut di bawah imbal hasil pasar.
Obligasi dengan tingkat kupon kecil memiliki durasi yang relatif lebih panjang (asumsi pada tenor yang sama), justru lebih menarik pada saat yield obligasi turun.
“Sebab, kenaikan harga pada obligasi dengan durasi panjang akan lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi dengan durasi pendek,” ujar Reza kepada Kontan.co.id, Rabu (15/3).
Baca Juga: Investor Antusias, Penjualan SR018 Mencapai Rp 8,2 triliun di Hari Ke-11
Reza menilai, kinerja pasar sukuk Indonesia saat ini masih dipengaruhi oleh kebijakan The Fed. Sebab, meningkatnya ekspektasi bahwa The Fed masih akan hawkish diperkirakan dapat membuka peluang kenaikan yield lanjutan di pasar surat utang Indonesia dalam waktu dekat.
Menurut Reza, investor diperkirakan juga masih belum akan terlalu agresif di tengah berlanjutnya volatilitas dan ketidakpastian global “SBSN dapat kembali ke harga par apabila imbal hasil obligasi tersebut sudah sama dengan tingkat kuponnya,” ungkap dia.
Reza melihat, pasar obligasi Indonesia tahun 2023 masih positif bagi para investor yang ingin memilih surat utang negara sebagai instrumen investasi.
“Bagi investor, disarankan untuk berinvestasi pada tenor menengah-panjang di 5–10 tahun,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News