Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerapan kebijakan pemangkasan produksi antara OPEC dan Rusia sebesar 9,7 juta barel per hari yang berlaku sejak 1 Mei nyatanya tak memberi banyak perubahan signifikan.
Harga minyak jenis west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2020 masih terus tertekan. Bahkan hari ini, Senin (4/5) telah kembali turun.
Baca Juga: Ini 10 kota dengan kenaikan harga emas tertinggi
Merujuk data Bloomberg, pada pukul 15.40 WIB, harga WTI berada di level US$ 18,21 per barel atau melemah 7,94% dibanding penutupan sebelumnya di US$ 19,78 per barel.
Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim, menuturkan, kondisi over supply sejauh ini masih akan selalu menghantui fundamental minyak dan menekan harga minyak itu sendiri.
Ibrahim menambahkan, pergerakan dolar Amerika Serikat (AS) yang tengah menguat juga membuat harga komoditas tertekan.
“Ditambah lagi ada perang kata-kata dari Donald Trump yang mengancam akan menaikkan tarif impor dari China. Ini mengakibatkan pasar kembali apatis terhadap perang dagang yang sempat ditandatangani dan membuat harga minyak dunia semakin turun,” kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Senin (4/5).
Baca Juga: Penurunan kinerja manufaktur masih berlanjut sampai Mei 2020
Sementara itu, analis Central Capital Futures, Wahyu Laksono, menganggap ancaman Trump tersebut sebenarnya tidak akan banyak memberi pengaruh sekalipun diterapkan.
Lebih lanjut, Wahyu bilang, perang dagang di tengah kondisi pandemi seperti ini tentu punya implikasi yang beda dibandingkan perang dagang sebelumnya.
“Apa yg mau dibeli secara signifikan sehingga bisa dikenakan tarif dari China dalam kondisi pandemi seperti ini? Ini tidak akan berpengaruh jika kondisi shock demand terkait pandemi masih terus berlangsung,” jelas Wahyu.
Baca Juga: Ancaman AS ke China membuat harga minyak terjun bebas, WTI anjlok 5% dan Brent 0,4%
Oleh karena itu, Wahyu menilai, selama masalah over supply belum terselesaikan, harga minyak WTI masih akan terus tertekan dan akan sulit mengalami kenaikan ke depannya.
Menurutnya, kebijakan pemangkasan produksi adalah satu-satunya cara untuk mengatasi fundamental minyak saat ini. Mengingat jumlah permintaan belum akan pulih selama pandemi ini belum berakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News