kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.901.000   -17.000   -0,89%
  • USD/IDR 16.509   79,00   0,48%
  • IDX 7.484   -65,55   -0,87%
  • KOMPAS100 1.049   -9,43   -0,89%
  • LQ45 790   -7,68   -0,96%
  • ISSI 254   -1,44   -0,57%
  • IDX30 409   -4,26   -1,03%
  • IDXHIDIV20 466   -6,75   -1,43%
  • IDX80 119   -1,00   -0,84%
  • IDXV30 122   -1,55   -1,25%
  • IDXQ30 130   -1,12   -0,86%

Harga Minyak Turun dari Puncak Dua Pekan Rabu (9/7), Brent ke US$69,95


Rabu, 09 Juli 2025 / 09:11 WIB
Harga Minyak Turun dari Puncak Dua Pekan Rabu (9/7), Brent ke US$69,95
ILUSTRASI. Harga minyak sedikit melemah pada Rabu (9/7) setelah mencatat kenaikan hingga level tertinggi dalam dua pekan pada sesi sebelumnya.. REUTERS/Eli Hartman


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Harga minyak sedikit melemah pada Rabu (9/7) setelah mencatat kenaikan hingga level tertinggi dalam dua pekan pada sesi sebelumnya.

Pelaku pasar saat ini mencermati perkembangan terbaru seputar kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) dan mencoba menilai dampaknya terhadap prospek permintaan energi global.

Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Tipis pada Rabu (9/7) Pagi, Investor Cermati Kenaikan Stok AS

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun 20 sen atau 0,3% menjadi US$69,95 per barel pada pukul 01.21 GMT.

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 21 sen atau 0,4% menjadi US$68,12 per barel.

Penundaan terbaru Presiden AS Donald Trump terhadap tenggat pemberlakuan tarif memberikan sedikit harapan bagi negara mitra dagang utama seperti Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa bahwa kesepakatan untuk meringankan beban tarif masih mungkin dicapai.

Namun, langkah tersebut justru menimbulkan kebingungan bagi eksportir kecil seperti Afrika Selatan dan membuat pelaku usaha belum mendapat kejelasan arah kebijakan selanjutnya.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik ke Level Tertinggi 2 Pekan Selasa (8/7), Dipicu Sentimen Ini

Trump sebelumnya menjadwalkan tenggat tarif pada Rabu, namun kini diundur menjadi 1 Agustus. Ia menegaskan bahwa "tidak akan ada perpanjangan lagi".

Trump juga menyampaikan rencananya untuk mengenakan tarif 50% terhadap impor tembaga dan segera memberlakukan tarif baru untuk semikonduktor dan produk farmasi—memperluas cakupan perang dagang AS yang telah mengganggu pasar global.

Meskipun kekhawatiran atas tarif tersebut menimbulkan ketakutan akan penurunan permintaan minyak, optimisme tetap ada berkat kuatnya permintaan perjalanan selama libur Hari Kemerdekaan AS (4 Juli).

Data dari asosiasi otomotif AAA memperkirakan sebanyak 72,2 juta warga AS melakukan perjalanan lebih dari 80 kilometer selama liburan tersebut—menjadi rekor baru.

Proyeksi Produksi Minyak

Dari sisi pasokan, Badan Informasi Energi AS (EIA) dalam laporan bulanannya pada Selasa memperkirakan bahwa produksi minyak AS pada 2025 akan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, karena harga minyak yang melemah mendorong perusahaan energi memperlambat aktivitas pengeboran.

Baca Juga: Harga Minyak Melemah di Tengah Hari Ini (8/7), Brent ke US$ 69,4 dan WTI ke US$ 67,7

AS, yang merupakan produsen minyak terbesar dunia, diperkirakan akan memproduksi 13,37 juta barel per hari (bph) pada 2025, turun dari estimasi bulan lalu sebesar 13,42 juta bph. Untuk 2026, proyeksi tetap di angka 13,37 juta bph.

Sementara itu, kelompok negara pengekspor minyak OPEC+ dikabarkan siap menyetujui kenaikan produksi besar lainnya untuk September.

Lima sumber menyebut bahwa keputusan ini mencerminkan selesainya pengurangan produksi sukarela oleh delapan anggota serta peningkatan kuota produksi untuk Uni Emirat Arab. Sebelumnya, OPEC+ telah menyetujui kenaikan produksi sebesar 548.000 bph untuk bulan Agustus.

Namun, analis mencatat bahwa peningkatan produksi riil sejauh ini lebih kecil dari target yang diumumkan, dengan sebagian besar pasokan berasal dari Arab Saudi.

Tensi Geopolitik

Di sisi lain, ketegangan geopolitik tetap menjadi penopang harga. Empat awak kapal tewas dalam serangan drone dan kapal cepat terhadap kapal pengangkut berbendera Liberia yang dioperasikan Yunani, Eternity C, di lepas pantai Yaman pada Selasa.

Ini merupakan insiden kedua dalam satu hari setelah berbulan-bulan situasi di wilayah tersebut relatif tenang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×