kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.986.000   17.000   0,86%
  • USD/IDR 16.848   60,00   0,35%
  • IDX 6.666   52,30   0,79%
  • KOMPAS100 964   11,41   1,20%
  • LQ45 751   8,91   1,20%
  • ISSI 212   1,62   0,77%
  • IDX30 390   4,30   1,11%
  • IDXHIDIV20 469   4,55   0,98%
  • IDX80 109   1,33   1,23%
  • IDXV30 115   1,51   1,34%
  • IDXQ30 128   1,36   1,07%

Harga Minyak Naik Terdampak Pelemahan Dolar AS dan Beragamnya Sentimen Ekonomi


Jumat, 25 April 2025 / 05:19 WIB
Harga Minyak Naik Terdampak Pelemahan Dolar AS dan Beragamnya Sentimen Ekonomi
ILUSTRASI. Pompa minyak dari IPC Petroleum France terlihat saat matahari terbenam di luar Soudron, dekat Reims, Prancis, 24 Agustus 2022. Harga minyak dunia mencatat kenaikan tipis pada Kamis seiring investor mempertimbangkan sejumlah faktor, termasuk pelemahan dolar AS.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak dunia mencatat kenaikan tipis pada Kamis seiring investor mempertimbangkan sejumlah faktor, termasuk pelemahan dolar Amerika Serikat (AS), potensi peningkatan produksi OPEC+, data ekonomi yang beragam, sinyal kebijakan tarif AS yang bertentangan, serta perkembangan terbaru dari konflik Rusia-Ukraina.

Harga minyak mentah berjangka Brent naik 43 sen atau 0,7% menjadi US$ 66,55 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 52 sen atau 0,8% menjadi US$ 62,79 per barel.

Di Amerika Serikat, jumlah klaim tunjangan pengangguran mengalami sedikit kenaikan pada pekan lalu, mencerminkan ketahanan pasar tenaga kerja meskipun terjadi tekanan ekonomi akibat tarif impor. 

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun 3% di Tengah Isu Kenaikan Produksi OPEC+

Sejumlah perusahaan menaikkan harga dan menurunkan panduan keuangan karena meningkatnya biaya yang dipicu oleh perang dagang Presiden AS Donald Trump, yang turut mengganggu rantai pasokan global.

Pejabat Federal Reserve menyatakan dalam wawancara televisi bahwa mereka belum melihat urgensi untuk mengubah kebijakan moneter, sembari menunggu informasi lebih lanjut mengenai dampak tarif perdagangan terhadap perekonomian.

“Pasar masih mencoba mencerna data ini. Statistik ketenagakerjaan menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja, sementara komentar The Fed menurunkan optimisme dengan peringatan bahwa tarif bisa berdampak pada tingkat pengangguran,” ujar analis dari firma konsultan energi Gelber and Associates dalam sebuah catatan.

Pada hari yang sama, dolar AS mengalami pelemahan signifikan akibat kekhawatiran investor atas minimnya kemajuan dalam meredakan ketegangan dagang antara AS dan China. 

Baca Juga: Meski Rebound, Trennya Harga Minyak Dunia Masih Bearish

Pelemahan dolar ini membuat komoditas yang dihargakan dalam mata uang tersebut, seperti minyak, menjadi lebih terjangkau bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Ketidakpastian Pasokan

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, pada Kamis menyatakan kesiapannya untuk melakukan perjalanan ke Eropa guna berunding mengenai program nuklir Teheran. Prancis mengindikasikan bahwa negara-negara Eropa bersedia berdialog jika Iran menunjukkan komitmen yang serius.

Jika perundingan berhasil, hal ini berpotensi membuka jalan bagi pencabutan sanksi terhadap ekspor minyak Iran. Iran sendiri merupakan produsen minyak terbesar ketiga di OPEC setelah Arab Saudi dan Irak.

Pada hari yang sama, Presiden Trump mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin setelah Rusia meluncurkan serangan rudal dan pesawat nirawak ke Kyiv pada malam sebelumnya, dengan pernyataan “Vladimir, BERHENTI!”. 

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Tipis Selasa (15/4), Ditopang Ekspektasi Keringanan Tarif AS

Sebelumnya, Trump juga menyalahkan Presiden Ukraina karena menghambat proses perdamaian dalam perang Rusia-Ukraina. Jika perang berakhir, pasar global dapat dibanjiri pasokan minyak Rusia. Rusia merupakan salah satu produsen minyak terbesar dunia, sejajar dengan AS dan Arab Saudi.

Meski demikian, banyak negara Eropa berupaya menghentikan impor minyak Rusia sebagai respons atas perang tersebut. 

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menyatakan bahwa Komisi Eropa akan menyusun peta jalan dalam dua pekan ke depan untuk merealisasikan komitmen Uni Eropa dalam menghentikan penggunaan bahan bakar fosil dari Rusia pada 2027.

Rusia merupakan anggota kelompok produsen minyak OPEC+. Reuters melaporkan bahwa beberapa anggota OPEC+ pada Rabu menyarankan agar kelompok tersebut mempercepat peningkatan produksi minyak untuk bulan kedua pada Juni mendatang.

Baca Juga: Sempat Rebound, Harga Minyak Dunia Trennya Masih Akan Melemah

“Mereka akan membanjiri ekonomi global yang sudah tertekan oleh tarif dan perang dagang antara dua kekuatan ekonomi utama, AS dan China, dengan pasokan minyak mentah,” ujar Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho, dalam sebuah catatan. 

“OPEC+ memilih waktu yang sangat tidak tepat untuk menambah pasokan minyak mentah,” tambahnya.

Selanjutnya: Ganjil Genap Jakarta Hari Ini Berlaku atau Tidak? (25 April 2025)

Menarik Dibaca: Infinix Hot 40 Pro Ponsel dengan Kamera Jernih, Baterai Awet, Desain Kekinian

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×