kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.779   21,00   0,13%
  • IDX 6.369   106,29   1,70%
  • KOMPAS100 923   27,30   3,05%
  • LQ45 724   17,33   2,45%
  • ISSI 198   4,51   2,33%
  • IDX30 378   6,29   1,69%
  • IDXHIDIV20 458   7,62   1,69%
  • IDX80 105   3,28   3,22%
  • IDXV30 111   4,56   4,28%
  • IDXQ30 124   1,83   1,50%

Sempat Rebound, Harga Minyak Dunia Trennya Masih Akan Melemah


Kamis, 10 April 2025 / 18:55 WIB
Sempat Rebound, Harga Minyak Dunia Trennya Masih Akan Melemah
ILUSTRASI. Harga minyak dunia masih melemah. Meski sempat naik tipis, harga minyak WTI masih akan cenderung melemah hingga setidaknya tengah tahun nanti.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga minyak dunia masih melemah. Meski sempat naik tipis, harga minyak WTI masih akan cenderung melemah hingga setidaknya tengah tahun nanti. 

Pasca Presiden AS Donald Trump mengumumkan penundaan kebijakan tarif balik yang dikenakannya ke sejumlah negara, harga minyak WTI sempat naik tipis ke level US$ 62 per barel pada Rabu (9/4). Sebagai perbandingan, minyak WTI sempat menyentuh level US$ 55 per barel pada hari yang sama, tetapi sebelum pengumuman penundaan Trump. 

Meski begitu, merujuk data Trading Economics, harga minyak WTI masih menunjukkan tren pelemahan. Terbaru pada Kamis (10/4) pukul 17.36 WIB, harga minyak WTI di level US$ 60,86 per barel. Secara harian turun 2,32%. Sementara secara bulanan, koreksinya telah mencapai 8,22%.

Sejak awal tahun 2025, harga komoditas minyak bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah. Awal tahun misalnya, harga minyak WTI sempat melonjak ke US$78,82 per barel pada 13 Januari lalu. Saat itu, kenaikan harga dipengaruhi oleh sanksi AS terhadap produsen Rusia yang menimbulkan kekhawatiran pasokan. 

Baca Juga: Harga Minyak Dibuka Anjlok 1% Hari Ini, Usai Trump Kerek Tarif China Jadi 125%

Namun, setelahnya minyak WTI terus menunjukkan tren penurunan. Menurut Founder Traderindo Wahyu Laksono, penurunan harga minyak ini utamanya dipengaruhi arah kebijakan Presiden AS Donald Trump. 

“Tarif Trump memicu ketidakpastian ekonomi global, memicu kecemasan pasar,” kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Kamis (10/4). 

Dalam jangka menengah, kata dia, arah pergerakan harga minyak masih belum jelas. “Outlook masih suram,” sebutnya.

Wahyu menilai Trump sendiri memiliki kecenderungan untuk menekan harga minyak mentah. “Trump perlu minyak murah dan perlu dolar AS murah untuk menekan suku bunga The Fed,” jelasnya. 

Analis PT Finex Solusi Future Brahmantya Himawan melihat sentimen pemberat harga minyak juga bertambah dari stok yang berlebih. Di tengah limpahan stok minyak, sejumlah negara OPEC+ pun malah berencana untuk menambah produksi. 

Terbaru, OPEC+ akan meningkatkan produksi minyak sebanyak 411.000 barel per hari. Alasannya, karena fundamental pasar dinilai masih sehat dan prospektif. 

“Angka tambahan ini lebih dari tiga kali lipat dari rencana semula. Bahkan, rencana peningkatan produksi untuk bulan Juni dan Juli telah dipindahkan ke bulan Mei,” papar Brahmantya. 

Baca Juga: Harga Minyak Sukses Ditutup Menguat 4% Usai Trump Umumkan Jeda Tarif 90 Hari

Brahmantya memprediksi harga minyak WTI bisa melemah hingga mencapai level US$ 54 per barel. Bahkan, jika ketegangan dan produksi OPEC+ terus berlanjut, bukan tak mungkin minyak WTI bisa mencapai US$ 44 per barel pada kuartal II nanti.

Senada, Wahyu menilai minyak masih akan bearish hingga tengah tahun. Menurut proyeksinya, minyak WTI akan bergerak di rentang US$ 20–US$ 70 per barel hingga akhir kuartal II.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×