Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak merosot US$1 per barel pada hari Rabu (14/2), Melonjaknya persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) mendorong turunnya harga dan kemungkinan ancaman keamanan terhadap AS yang mungkin mengurangi permintaan minyak di negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent menetap pada US$81,60 per barel, turun US$1,17 atau 1,4%.
Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menetap pada US$76,64 per barel, turun US$1,23 atau 1,6%.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Hari Ini (14/2), Prediksi Permintaan 2024 Masih Kuat
Persediaan minyak mentah AS melonjak 12 juta barel menjadi 439,5 juta barel pada pekan lalu, menurut Badan Informasi Energi (EIA).
Angka ini jauh melebihi ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan, kenaikan 2,6 juta barel karena penyulingan turun ke level terendah sejak Desember 2022.
“Tingkat pemanfaatan kilang adalah sebuah bencana semu, turun empat hingga lima minggu berturut-turut pada akhir musim dingin,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
Yawger menambahkan bahwa kilang-kilang minyak menjaga aktivitasnya tetap lambat bahkan setelah bangkit dari kondisi beku yang parah.
Baca Juga: Neraca Perdagangan RI Berpeluang Surplus US$ 2,33 Miliar pada Januari 2024
Produksi minyak mentah kilang pada minggu lalu turun sebesar 298.000 barel per hari menjadi 14,5 juta barel per hari dan tingkat pemanfaatan kilang menurun sebesar 1,8 poin persentase menjadi 80,6% dari total kapasitas.
Keduanya merupakan level terendah sejak Badai Musim Dingin Elliott yang juga menyebabkan sejumlah kilang offline pada bulan Desember 2022.
Sementara itu, ketua intelijen Kongres AS memperingatkan adanya 'ancaman keamanan nasional yang serius', tanpa memberikan rincian lebih lanjut, sehingga membuat takut beberapa investor minyak.
“Dengan risiko yang akan terjadi, perang dan/atau peristiwa teror di luar wilayah penghasil minyak akan memberikan dampak buruk bagi harga minyak karena perkiraan penurunan permintaan,” John Kilduff, partner di Again Capital yang berbasis di New York.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Jelang Rabu (14/2) Siang, Brent ke US$82,66 dan WTI ke US$77,84
Asal tahu, harga mendapat dukungan dari laporan bulanan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada hari Selasa (13/2) yang mengatakan permintaan minyak global akan meningkat sebesar 2,25 juta barel per hari pada tahun 2024 dan sebesar 1,85 juta barel per hari pada tahun 2025. Kedua perkiraan tersebut tidak berubah dari bulan lalu.
Dalam berita OPEC lainnya, Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani mengadakan pertemuan dengan Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman, di mana ia menyoroti pentingnya koordinasi antara kedua negara untuk menjaga stabilitas pasar minyak.
Kazakhstan mengatakan, pihaknya akan memberikan kompensasi dalam beberapa bulan mendatang atas kelebihan produksi minyaknya pada bulan Januari, memenuhi komitmennya terhadap pengurangan produksi OPEC+.
Faktor geopolitik juga mempengaruhi pasar minyak, termasuk konflik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina serta berkembangnya pandangan bahwa penurunan suku bunga AS akan dimulai lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.
“Saat ini kejadian di sekitar Israel dan Gaza, serta perang Ukraina melawan Rusia, lebih membebani sentimen dibandingkan data inflasi AS yang mengecewakan,” kata analis PVM, Tamas Varga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News