Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia turun di tengah memanasnya konflik di Laut Merah. Dolar Amerika Serikat (AS) yang berbalik menguat atau rebound telah meredam potensi kenaikan harga minyak.
Mengutip tradingeconomics, Rabu (17/1), harga Minyak mentah berjangka WTI turun 2% menjadi di bawah US$ 71 per barel. Senada, harga Minyak mentah berjangka Brent turun hampir 2% menjadi di bawah US$ 77 per barel.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengamati bahwa dampak perang di Laut Merah telah mengganggu jalur suplai minyak mentah. Konflik yang tak berkesudahan dapat mendukung kenaikan pada harga komoditas terutama harga minyak dunia.
Seperti diketahui, konflik antara Houthi Yaman dengan Amerika Serikat (AS) dan Inggris kian memanas. Konflik ini bermula ketika kelompok Houthi menyerang kapal bantuan Israel yang bernavigasi di seputaran Laut Merah.
Baca Juga: Perang di Laut Merah Bisa Menyulut Lonjakan Harga Komoditas
Akibatnya banyak kapal angkutan yang terhalang untuk melewati jalur Laut Merah tersebut. Ini berdampak pada kenaikan tarif angkutan kapal ataupun kendala pasokan komoditas karena harus melewati rute lainnya.
Namun, Lukman menilai, saat ini investor masih cenderung hanya mewaspadai perkembangan selanjutnya. Keperkasaan dolar Amerika Serikat turut meredam potensi kenaikan harga minyak, menyusul efek dari gangguan perang di Laut Merah.
“Dampak perang di Luat Merah dapat membuat biaya pengiriman yang lebih mahal, namun sebenarnya tidak terlalu mengubah harga dasar minyak mentah,” jelas Lukman kepada Kontan.co.id, Rabu (17/1).
Menurut Lukman, harga minyak mentah sebenarnya memang masih diselimuti oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi global dan permintaan tahun ini. Dia memperkirakan harga minyak WTI akan dijaga OPEC+ untuk bertahan di atas US$70 per barel dan diprediksi berada di posisi US$75 pada akhir kuartal I-2024.
Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer menjelaskan, pergerakan harga minyak saat ini dapat dikaitkan sebagai hasil dari dinamika pasar dan faktor-faktor fundamental seperti penawaran dan permintaan global, geopolitik, dan indikator ekonomi.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Imbas Berlanjutnya Konflik di Timur Tengah
Dari sisi lain, pasar minyak saat ini mengalami tekanan akibat ketegangan di Timur Tengah yang belum reda.
Ketidakpastian yang terus berlanjut terkait konflik di Timur Tengah membuat sebagian investor ragu untuk berinvestasi dalam minyak WTI saat ini. Investor juga cenderung menunggu peluang yang lebih baik di masa depan, mengingat situasi yang belum stabil.
Meskipun tren harga saat ini menunjukkan penurunan, Andrew berpendapat bahwa ada potensi untuk perubahan arah. Namun optimisme itu tetap menjadi tanda tanya karena kondisi geopolitik yang terus berubah dan perencanaan produksi minyak yang dapat mempengaruhi daya beli di pasar.
“Pasar minyak tetap menjadi sorotan, dan para pelaku pasar perlu melihat secara cermat perkembangan selanjutnya, terutama dalam konteks ketidakpastian global yang dapat mempengaruhi harga minyak dalam jangka pendek dan panjang,” ungkap Andrew dalam riset harian, Rabu (17/1).
Sementara itu, Lukman menambahkan, semua komoditas yang biasanya melewati jalur tersebut juga berpotensi akan meningkat harganya. Namun bukan pada harga dasar, tetapi lebih dikarenakan biaya yang lebih tinggi imbas perlu mengganti rute yang lebih panjang.
Lukman memandang bahwa apabila perang berkelanjutan, meningkat dan bahkan melibatkan lebih banyak pihak, maka harga emas tentunya sangat ideal untuk menjadi tujuan permintaan safe haven.
Namun seperti halnya minyak mentah, untuk saat ini efek dari penguatan dolar AS lebih mendominasi, sehingga emas masih turun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News