Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mengalami fluktuasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah. Dengan kondisi pasar yang dinamis, para investor perlu memantau pergerakan harga dengan cermat untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.
Menurut catatan analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer, harga minyak mentah untuk penyerahan Maret mengalami penurunan sebesar 0,58%, diperdagangkan pada US$ 72,37 per barel di New York Mercantile Exchange. Sebelumnya, para analis memperkirakan bahwa minyak mentah mungkin akan mendapatkan dukungan pada level US$ 71,17 per barel dan menghadapi resistensi pada level US$ 75,25 per barel.
Di sisi lain, Minyak Brent, yang diperdagangkan di ICE untuk penyerahan Maret, mengalami perubahan yang lebih kecil. Harga Minyak Brent turun 0,03% yang diperdagangkan pada US$ 78,13 per barel, sementara harga kontrak Minyak Brent untuk penyerahan Maret naik 0,10%, diperdagangkan pada US$78,21 per barel. Spread antara kontrak Minyak Brent dan Minyak Mentah saat ini berada pada US$5,76 per barel dan US$5,60 per barel, yang menunjukkan perbedaan kecil antara kedua jenis minyak.
Baca Juga: UPDATE Harga Minyak Dunia Selasa (16/1): Brent ke US$78,92 dan WTI ke US$73,14
Andrew menjelaskan, pergerakan harga ini dapat menjadi hasil dari dinamika pasar dan faktor-faktor fundamental seperti penawaran dan permintaan global, geopolitik, dan indikator ekonomi. Dari sisi lain, pasar minyak saat ini mengalami tekanan akibat ketegangan di Timur Tengah yang belum reda.
Dalam rangkuman harga minyak hari ini, Andrew menyampaikan prediksi bahwa kondisi pasar masih cenderung menurun. Ketidakpastian yang terus berlanjut terkait konflik di Timur Tengah membuat sebagian investor ragu untuk berinvestasi dalam minyak WTI saat ini. Andrew juga mencatat bahwa ada kecenderungan investor untuk menunggu peluang yang lebih baik di masa depan, mengingat situasi yang belum stabil.
Meskipun tren harga saat ini menunjukkan penurunan, Andrew berpendapat bahwa ada potensi untuk perubahan arah. Dengan harga berada di area support, ada kemungkinan bagi harga minyak untuk berbalik naik. Namun, hal ini tetap menjadi tanda tanya karena kondisi geopolitik yang terus berubah dan perencanaan produksi minyak yang dapat mempengaruhi daya beli di pasar.
“Pasar minyak tetap menjadi sorotan, dan para pelaku pasar perlu melihat secara cermat perkembangan selanjutnya, terutama dalam konteks ketidakpastian global yang dapat mempengaruhi harga minyak dalam jangka pendek dan panjang,” ungkap Andrew dalam riset harian, Rabu (17/1).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News