kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga komoditas mulai melandai, simak rekomendasi saham tambang batubara


Senin, 22 Februari 2021 / 19:17 WIB
Harga komoditas mulai melandai, simak rekomendasi saham tambang batubara
ILUSTRASI. Sebuah kapal tongkang pengangkut batubara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatra Selatan, Senin (15/2/2021). Harga batubara turun hampir 7% dalam sepekan terakhir.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas batubara mulai melandai seiring dengan berakhirnya musim dingin di belahan bumi bagian utara. Mengutip Bloomberg, harga batubara ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman Maret 2021 pada perdagangan Jumat (19/2) berada di level US$ 79 per ton.

Harga ini merosot 6,94% dalam sepekan, dari harga penutupan Jumat (12/2) yang masih berada di level US$ 84,9 per ton. Level saat ini juga sudah semakin menjauh dari level tertingginya tahun ini, yakni di harga US$ 89,45 per ton yang dicapai pada perdagangan 12 Januari 2021.

Meski demikian, Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Maryoki Pajri Alhusnah menilai, dari sisi global maupun domestik, saat ini  permintaan batubara sama-sama pulih jika dibandingkan dengan tahun lalu. Permintaan  dari China dan India, sebagai konsumen batubara terbesar di dunia juga sedang mengalami pemulihan.

Alhasil, dengan adanya sentimen pemulihan permintaan ini, semua emiten batubara baik yang berorientasi ekspor ataupun domestik akan diuntungkan.

Baca Juga: PTBA menanti aturan teknis untuk insentif royalti 0% hilirisasi batubara

Sementara itu, sejumlah emiten batubara menargetkan volume produksi yang lebih tinggi tahun ini. Sebut saja PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang menargetkan produksi bisa meningkat menjadi 85 juta ton hingga 90 juta ton di tahun 2021, dibandingkan dengan realisasi tahun lalu yakni 83 juta ton.

PT Harum  Energy Tbk (HRUM) juga menargetkan kenaikan produksi batubara hingga sekitar 25% dari realisasi tahun lalu, yang di bawah 3 juta ton. Emiten tambang batubara milik Negara, yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga mengindikasikan akan memproduksi batubara lebih banyak dibandingkan target tahun lalu.

Menurut Maryoki, normal-normal saja bagi emiten yang menaikkan target produksi tahun lalu meskipun penguatan batubara akhir-akhir ini mulai melandai. Hal ini mengingat kondisi pemulihan ekonomi yang sedang berjalan.

“Namun, menurut saya akan lebih sesuai jika angkanya konservatif, atau targetnya lebih tinggi sedikit dari tahun 2020 mengingat kondisi cuaca yang ekstrem masih terjadi di Indonesia, sehingga dapat menghambat kegiatan produksi,” terang Maryoki kepada Kontan.co.id, Senin (22/2).

Baca Juga: Siap-siap, Kementerian ESDM bakal patok harga batubara untuk proyek hilirisasi

PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menjadi salah satu emiten yang memasang target cukup konservatif. ADRO menargetkan produksi batubara tahun 2021 mencapai 52 juta ton -54 juta ton, yang tidak jauh berbeda dari realisasi produksi batubara tahun lalu yang mencapai 54,53 juta ton.

Head of Corporate Communications Adaro Energy Febriati Nadira menjelaskan, pihaknya melihat outlook batubara ke depan masih akan menghadapi tantangan. Kebijakan negara-negara importir batu bara, khususnya China, dan ketidakpastian ekonomi global akan mempengaruhi permintaan batubara.

“Walaupun pemulihan ekonomi diperkirakan akan berdampak positif terhadap batubara, perusahaan harus tetap berhati-hati untuk mengantisipasi ketidakpastian,” terang Febri kepada Kontan.co.id, pekan lalu.

Baca Juga: Ini penyebab harga batubara meredup

Rekomendasi saham

Dalam risetnya, dikutip Senin (22/2), Analis Sucor Sekuritas Hasan Barakwan menyematkan rekomendasi netral terhadap sektor tambang batubara. Salah satu risiko adalah China dapat mempercepat penambahan kapasitas produksinya sebesar 100 juta ton pada tahun 2021 dan kemungkinan masih akan terjadi lagi dalam beberapa tahun ke depan.

Hal ini mengingat banyaknya proyek pertambangan yang disetujui dan fokus pemerintah China pada keamanan energi nasional. Selain itu, harga pembelian rata-rata oleh China yang tersirat dari kesepakatan yang ditandatangani dengan Indonesia adalah sekitar US$ 51 per ton, 14% lebih rendah dari harga beli rata-rata pada tahun 2019 yakni US$ 59 dan 8,4% di bawah harga batubara acuan (HBA) bulan November yakni US$ 55,7 per ton. Diskon harga ini dapat terus meningkat untuk meningkatkan daya saing batubara Indonesia.

Pilihan utama Hasan sektor ini adalah ADRO mengingat keunggulannya yang memiliki eksposur tinggi ke China, yang akan diuntungkan oleh pemulihan yang kuat dari aktivitas ekonomi di negeri Tirai Bambu Tersebut. Hasan merekomendasikan beli saham ADRO dengan target harga Rp 1.700 per saham.

Sementara Maryoki merekomendasikan beli saham ADRO dengan target harga Rp 1.580 per saham dan menyematkan rekomendasi overweight PTBA dengan target harga Rp 3.030 per saham. 

Baca Juga: Tak cukup royalti 0%, begini catatan APBI untuk insentif hilirisasi batubara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News





[X]
×