kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini penyebab harga batubara meredup


Senin, 22 Februari 2021 / 17:29 WIB
Ini penyebab harga batubara meredup


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pijar harga batubara mulai meredup. Harga komoditas energi ini perlahan mulai meredup setelah naik signifikan sejak akhir 2020 hingga awal tahun ini. 

Mengutip Bloomberg, harga batubara kontrak pengiriman Maret 2021 di ICE Newcastle berada di level US$ 79 per ton pada akhir perdagangan Jumat (19/2). Harga ini merosot 6,94% dalam sepekan, dari harga penutupan Jumat (12/2) yang masih berada di level US$ 84,9 per ton.

Bahkan, level ini sudah semakin jauh dari level tertingginya di tahun ini, yang berada di US$ 89,45 per ton yang dicapai pada 12 Januari 2021 silam.

Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Maryoki Pajri Alhusnah mengatakan, faktor yang membuat harga batubara turun karena jelang berakhirnya musim dingin di bumi belahan utara. 

Maryoki menyebut, dengan berakhirnya musim dingin ini tentu dapat mengurangi tingkat permintaan batubara global. 

“Hal ini dikarenakan penggunaan listrik untuk penghangat suhu tidak akan setinggi pada saat musim dingin,” terang Maryoki saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (22/2).

Baca Juga: Ini alasan Goldman Sachs kerek target harga Brent ke US$ 70 per barel di kuartal II

NH Korindo Sekuritas memproyeksikan, harga batubara akan kembali volatil di rentang US$ 60 - US$ 70 per ton untuk tahun 2021. 

Lantaran, China dan India sebagai produsen dan konsumen terbesar batubara di dunia belum ada rencana untuk memotong produksi batubara mereka, justru berencana untuk meningkatkan produksinya.

Harga batubara ke depannya diprediksi stabil dan cenderung menurun dari harga sekarang. Pelemahan harga batubara ke depan dikarenakan mulai minimnya  katalis positif yang ada di komoditas ini, dalam artian katalis-katalis positif yang akan mempengaruhi harga batubara ke depan hanya tinggal sedikit. 

“Salah satu katalis positifnya adalah recovery ekonomi di berbagai negara yang masih terus berjalan,” sambung dia.

Sebelumnya, Maryoki menyebut kenaikan harga batubara yang terjadi pada awal tahun lebih dikarenakan sentimen jangka pendek yang terjadi di China, yakni kurangnya energi listrik di China Selatan yang membuat beberapa perusahaan tidak bisa beroperasi.

Di sisi lain, dengan kurangnya pasokan batubara di China, membuat banyak yang berspekulasi bahwa China akan kembali membeli produk batubara dari Australia. Dus, penguatan yang terjadi tempo hari lebih bersifat sentimen jangka pendek.

Selanjutnya: Harga tembaga tembus ke US$ 9.000 per ton, pertama kali sejak September 2011

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×