Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri semen masih belum pulih juga. Tak heran, kinerja PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) masih tertekan. Perusahaan pelat merah ini mencatatkan rapor merah di kuartal III-2017.
Pada periode Juli-September lalu, laba bersih SMGR hanya sebesar Rp 367 miliar, anjlok 62% ketimbang periode yang sama di 2016. Alhasil, laba bersih perusahaan ini dalam sembilan bulan pertama 2017 terjun bebas menjadi Rp 1,46 triliun.
Padahal di akhir September lalu, pendapatan emiten semen ini mencapai Rp 20,55 triliun, atau naik 7,7% year-on-year. Terpuruknya laba bersih SMGR terjadi karena harga batubara.
Antonia Febe Hartono, Analis Danareksa Sekuritas, mengatakan, kenaikan harga batubara dunia memang melambungkan biaya operasional SMGR. Apalagi sepanjang tahun ini, harga si hitam terus melesat. Kemarin (2/11), harga batubara kontrak pengiriman Januari 2018 di ICE Future terbang 0,10% menjadi US$ 99,00 per metrik ton.
SMGR masih memakai batubara sebagai bahan bakar untuk proses produksi. Di saat beban produksi naik, average selling price (ASP) SMGR malah turun. Alhasil, margin turun."Laba bersih secara yoy masih negatif karena pricing masihtertekan," kata Antonia, Kamis (2/11).
Analis BCA Sekuritas Nyoman W. Prabawa menulis dalam risetnya, margin SMGR tertekan karena ASP perusahaan terkikis 7,4% secara yoy. Lalu ada kenaikan biaya transportasi dan penanganan sengketa pabrik di Rembang.
Asal tahu saja, beban pokok SMGR melompat 26,02% (yoy). Di saat yang sama, beban keuangannya melompat 106,73% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan pendapatan SMGR berasal dari penjualan semen yang meningkat. Dalam riset yang dikeluarkan Kamis (2/11), Analis Ciptadana Sekuritas Fahressi Fahalmesta menjelaskan, volume penjualan perusahaan BUMN dalam sembilan bulan pertama 2017 ini mencapai 20,8 juta ton, atau menguat 9% yoy.
Sementara volume penjualan domestik tumbuh 4% yoy menjadi 19,4 juta ton. Pasar dalam negeri yang cenderung stagnan, membuat emiten semen mencari alternatif penjualan. Ini membuat penjualan ekspor melonjak 229,2% yoy menjadi 1,4 juta ton. Fahressi memperikarakan volume penjualan semen domestik SMGR bisa tumbuh 3,7% di akhir tahun dan 5,8% di 2018.
Sebelumnya, Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat hingga kuartal III-2017 konsumsi semen nasional tumbuh 6,6% menjadi 47,43 juta ton.
Banjir produksi
Saat ini industri semen dalam negeri masih dibayangi banjir produksi (oversupply) semen. Karena itu, Antonia melihat fokus SMGR tahun depan adalah melakukan review atas pabrik yang ada. "Tak ada ekspansi karena Dirut SMGR juga sudah mengatakan akan melakukan review pabrik di Aceh dan Kupang," ujar dia.
Selain kelebihan produksi, tantangan bagi SMGR lainnya adalah harga batubara. Jika harga komoditas energi ni kembali menembus US$ 100 per metrik ton, bukan tak mungkin margin SMGR terus tertekan. Apalagi, perusahaan ini masih kesulitan jika harus menaikkan harga jual.
Untuk kuartal IV-2017, Antonia memprediksi, kinerja SMGR masih sulit membaik. "Net profit untuk triwulan IV-2017 masih turun karena cost masih naik dan ASP turun," lanjut dia.
Namun, di tahun depan, Antonia memprediksi laporan keuangan SMGR bisa membaik. Penyebabnya adalah adanya kenaikan 4% pada laba bersih. Kenaikan tersebut didorong oleh asumsi harga rata-rata batubara yang lebih rendah dari tahun ini, yakni di US$ 75 per metrik ton.
Penurunan harga tersebut bisa membuat biaya ke depan menjadi flat dan volume produksi naik. "Jadi, net profit bisa naik sekitar 4%–5%," kata Antonia. Artinya, laba bersih perusahaan pelat merah ini bisa mencapai Rp 2,5 triliun dengan pendapatan di akhir 2018 capai Rp 29 triliun.
Mengenai persaingan dan pangsa pasar, Antonia memprediksi SMGR akan bisa menjaga market share di atas 40% ke depannya. Ia pun merekomendasikan hold saham SMGR dengan target harga sebesar Rp 9.600 per saham.
Senada, Nyoman juga merekomendasikan hold dengan target harga Rp 10.900 per saham. Namun, Fahressi merekomendasikan buy SMGR dengan target harga Rp 11.800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News