Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini
Sementara volume penjualan domestik tumbuh 4% yoy menjadi 19,4 juta ton. Pasar dalam negeri yang cenderung stagnan, membuat emiten semen mencari alternatif penjualan. Ini membuat penjualan ekspor melonjak 229,2% yoy menjadi 1,4 juta ton. Fahressi memperikarakan volume penjualan semen domestik SMGR bisa tumbuh 3,7% di akhir tahun dan 5,8% di 2018.
Sebelumnya, Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat hingga kuartal III-2017 konsumsi semen nasional tumbuh 6,6% menjadi 47,43 juta ton.
Banjir produksi
Saat ini industri semen dalam negeri masih dibayangi banjir produksi (oversupply) semen. Karena itu, Antonia melihat fokus SMGR tahun depan adalah melakukan review atas pabrik yang ada. "Tak ada ekspansi karena Dirut SMGR juga sudah mengatakan akan melakukan review pabrik di Aceh dan Kupang," ujar dia.
Selain kelebihan produksi, tantangan bagi SMGR lainnya adalah harga batubara. Jika harga komoditas energi ni kembali menembus US$ 100 per metrik ton, bukan tak mungkin margin SMGR terus tertekan. Apalagi, perusahaan ini masih kesulitan jika harus menaikkan harga jual.
Untuk kuartal IV-2017, Antonia memprediksi, kinerja SMGR masih sulit membaik. "Net profit untuk triwulan IV-2017 masih turun karena cost masih naik dan ASP turun," lanjut dia.
Namun, di tahun depan, Antonia memprediksi laporan keuangan SMGR bisa membaik. Penyebabnya adalah adanya kenaikan 4% pada laba bersih. Kenaikan tersebut didorong oleh asumsi harga rata-rata batubara yang lebih rendah dari tahun ini, yakni di US$ 75 per metrik ton.
Penurunan harga tersebut bisa membuat biaya ke depan menjadi flat dan volume produksi naik. "Jadi, net profit bisa naik sekitar 4%–5%," kata Antonia. Artinya, laba bersih perusahaan pelat merah ini bisa mencapai Rp 2,5 triliun dengan pendapatan di akhir 2018 capai Rp 29 triliun.
Mengenai persaingan dan pangsa pasar, Antonia memprediksi SMGR akan bisa menjaga market share di atas 40% ke depannya. Ia pun merekomendasikan hold saham SMGR dengan target harga sebesar Rp 9.600 per saham.
Senada, Nyoman juga merekomendasikan hold dengan target harga Rp 10.900 per saham. Namun, Fahressi merekomendasikan buy SMGR dengan target harga Rp 11.800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News