kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Kinerja emiten semen masih kelabu


Kamis, 02 November 2017 / 09:05 WIB
Kinerja emiten semen masih kelabu


Reporter: Riska Rahman | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Empat emiten produsen semen di Bursa Efek Indonesia telah mengeluarkan kinerja keuangan di kuartal III-2017. Hasilnya, rapor kinerja produsen bubuk abu-abu ini masih kelabu.

Meski pendapatan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) tumbuh 7,7% year-on-year (yoy) jadi Rp 20,55 triliun, laba bersihnya justru merosot 50,17% menjadi Rp 1,46 triliun. Ini lantaran beban pokok pendapatan SMGR naik 26,02% (yoy). Di saat yang sama, beban keuangannya juga melonjak 106,73% (yoy).

Kinerja Semen Baturaja (SMBR) juga melorot. "Penurunan pendapatan di kuartal ketiga merupakan dampak dari penjualan semen Pabrik Baturaja II selama Juli–Agustus 2017 yang belum bisa diakui sebagai pendapatan," ujar Rahmad Pribadi, Direktur Utama SMBR dalam keterangan resminya, Rabu (1/11).

Kondisi yang sama terjadi pada emiten semen swasta, Indocement Tunggal Prakasa (INTP) dan Holcim Indonesia (SMCB). Pendapatan keduanya sama-sama menyusut. SMCB bahkan harus menanggung kerugian empat kali lipat lebih besar dibandingkan kerugian di periode yang sama tahun lalu.

Sejatinya, pendapatan SMCB hanya turun tipis 0,37% (yoy). Namun hal itu tak mampu menolong emiten ini keluar dari jerat kerugian. Salah satu pemicunya adalah peningkatan biaya keuangan 125,5% lantaran kenaikan selisih kurs dari pinjaman berdenominasi dollar AS.

Prospek masih redup

Analis Koneksi Kapital Alfred Nainggolan memprediksi, meredupnya kinerja emiten semen berlanjut hingga akhir tahun ini. Pasalnya, potensi kelebihan pasokan (oversupply) semen masih terus menghantui industri semen.

Permintaan semen yang lebih sedikit dari total produksi dalam negeri membuat ruang pertumbuhan bagi emiten semen terhambat. "Hal ini membuat potensi penurunan harga semakin besar, sehingga sulit bagi emiten ini untuk memperbaiki kinerjanya sampai akhir tahun nanti," kata dia.

Alfred juga memprediksi kinerja saham emiten semen di tahun depan cenderung stagnan. Potensi kelebihan pasokan ditambah biaya produksi yang masih tinggi, lantaran kenaikan harga batubara turut memperlambat kinerja emiten semen.

Namun, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee melihat kinerja emiten semen berpotensi membaik di masa mendatang seiring dengan pertumbuhan pasar properti di Indonesia. Menurut dia, sebagian besar penjualan semen diserap sektor properti.

Proyeksi menggeliatnya bisnis properti di tahun ini dan tahun mendatang berpotensi membuat kinerja emiten semen ikut terdorong. "Bangkitnya industri properti juga bisa membuat permintaan semen bertambah sehingga masalah oversupply bisa teratasi," kata Hans.

Alfred masih merekomedasikan hold saham semen. Ia menargetkan SMGR mencapai Rp 10.600 per saham, sementara target harga INTP di Rp 18.125 per saham.

Harga saham SMGR kemarin ditutup turun 3,67% ke Rp 10.500 per saham, SMBR naik 0,36% ke Rp 2.800 per saham, INTP menurun 1,22% menjadi Rp 22.175 per saham dan SMCB turun 0,61% menjadi Rp 820 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×