kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   19.000   0,99%
  • USD/IDR 16.330   14,00   0,09%
  • IDX 7.345   -53,46   -0,72%
  • KOMPAS100 1.030   -14,36   -1,37%
  • LQ45 782   -6,67   -0,85%
  • ISSI 245   -3,19   -1,29%
  • IDX30 405   -3,55   -0,87%
  • IDXHIDIV20 467   0,58   0,12%
  • IDX80 116   -1,36   -1,15%
  • IDXV30 118   -0,58   -0,49%
  • IDXQ30 130   -0,02   -0,02%

Emiten Grup Alamtri Tertekan oleh Koreksi Harga Batubara dan Lesunya Ekspor ke China


Selasa, 22 Juli 2025 / 20:59 WIB
Emiten Grup Alamtri Tertekan oleh Koreksi Harga Batubara dan Lesunya Ekspor ke China
ILUSTRASI. Analis memberikan rekomendasi saham emiten pertambangan milik Grup Alamtri yang terus melemah di tahun ini


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kombinasi antara tren pelemahan harga batubara global dan seretnya permintaan ekspor ke China menjadi tantangan tersendiri bagi emiten pertambangan milik konglomerat Garibaldi Thohir, yaitu PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR), dan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI).

Mengutip Trading Economics, harga batubara di pasar global berada di level US$ 109,85 per ton pada Senin (21/7). Sejak awal tahun, harga komoditas ini telah terkoreksi 12,30% year to date (ytd).

Pelemahan harga batubara terjadi seiring kondisi kelebihan pasokan yang terjadi secara global, ditambah permintaan dari negara konsumen utama seperti China dan India cenderung lesu.

Khusus China, Bea Cukai di negara tersebut menyebut bahwa impor batubara dari Indonesia pada Juni 2025 anjlok 30% year on year (YoY) ke level 11,6 juta ton. Alhasil, sepanjang semester I-2025, impor batubara China dari Indonesia turun 12% yoy menjadi 91 juta ton.

Baca Juga: Asing Aktif Memburu Saham-Saham Ini Saat IHSG Terkoreksi, Selasa (22/7)

Dilansir dari Reuters, tren penurunan impor batubara China dari Indonesia terjadi seiring meningkatnya produksi batubara domestik di Negeri Tirai Bambu. Di samping itu, penurunan harga batubara global telah membuat batubara berkualitas tinggi menjadi lebih kompetitif dari segi biaya, sehingga permintaan pasokan batubara Indonesia yang berkalori lebih rendah tertekan.

Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan mengatakan, pelemahan harga batubara global memberi tekanan langsung terhadap margin keuntungan dan pendapatan ekspor, khususnya bagi AADI yang memiliki eksposur ekspor yang signifikan ke pasar China. 

“Tekanan ini semakin besar, mengingat China lebih memprioritaskan batubara kalori tinggi, sementara AADI lebih banyak memproduksi batubara kalori menengah dan rendah,” ujar dia, Selasa (22/7).

Berdasarkan laporan keuangan, AADI membukukan penjualan ekspor ke China senilai US$ 108,66 juta pada kuartal I-2025 atau menyusut 37,42% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$ 173,63 juta.

China merupakan negara tujuan ekspor keempat terbesar bagi AADI per kuartal I-2025, setelah India, Malaysia, dan Korea. 

Dengan kondisi tersebut, potensi kehilangan pendapatan ekspor bagi AADI cukup besar, terutama jika kontrak tidak diperpanjang atau volume pembelian dipangkas. Padahal, biaya produksi batubara relatif tidak berubah.

Di sisi lain, dampak penurunan harga batubara dan seretnya ekspor ke China terhadap ADRO dan ADMR cenderung tidak sebesar AADI. Sebab, ADRO telah melakukan diversifikasi bisnis dengan mulai mengembangkan sektor energi terbarukan, sehingga pendapatan batubara emiten tersebut mulai berkurang.

Baca Juga: Emiten Batubara Mulai Ekspansi ke Tambang Mineral, Begini Prospek Sahamnya

Kembali mengutip laporan keuangan, ADRO menyebut ada empat negara tujuan ekspor batubara pada kuartal I-2025. Namun, tidak ada nama China di sana, melainkan hanya Singapura, Korea, Hongkong, dan India.

Di sisi lain, ADMR berfokus pada penjualan batubara metalurgi yang lebih stabil permintaannya karena produk tersebut banyak dipakai untuk industri baja. “Hal ini membuat ADMR memiliki daya tahan yang lebih baik dibandingkan AADI yang masih mengandalkan batubara thermal sepenuhnya,” tutur Ekky.

Seperti halnya ADRO, ADMR juga hanya mengekspor batubara ke Singapura, Korea, Hongkong, dan India pada tiga bulan pertama 2025.

Sementara itu, Analis Indo Premier Sekuritas Reggie Parengkuan dan Ryan Winipta dalam riset yang dipublikasikan Jumat (18/7) lalu, memproyeksikan laba bersih ADRO pada kuartal II-2025 akan membaik menjadi US$ 84 juta atau tumbuh 9% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Hal ini dipengaruhi oleh volume penjualan batubara kokas yang lebih tinggi sekitar 1,5 juta ton atau tumbuh 17% secara kuartalan.

Di sisi lain, AADI diperkirakan akan mengalami penurunan laba bersih 21% secara kuartal menjadi US$ 155 juta pada kuartal II-2025, mengingat harga jual rata-rata batubara atau average selling price (ASP) yang lebih rendah. 

 

“Di samping itu, biaya tunai AADI diprediksi akan turun 4% pada kuartal II-2025 sejalan dengan pemotongan royalti dan harga bahan bakar yang lebih rendah,” tulis Reggie dan Ryan dalam risetnya.

Secara umum, Indo Premier Sekuritas menyematkan peringkat overweight terhadap saham-saham batubara dengan pilihan utama ada pada AADI berkat valuasinya yang masih atraktif. Saham AADI direkomendasikan beli dengan target harga Rp 10.000 per saham.

Ekky memandang, ADMR berpeluang mencetak kinerja terbaik di antara emiten-emiten Grup Alamtri. Selain didukung oleh portofolio batubara metalurgi yang lebih stabil, ADMR juga menunjukkan inisiatif ekspansi yang kuat seperti proyek pengembangan smelter aluminium.

Dari sisi teknikal, saham ADMR juga menunjukkan potensi penguatan dengan target jangka pendek di level Rp 1.200 per saham. Jika tren berlanjut, ADMR berpeluang menuju target jangka panjang di kisaran Rp 1.500 per saham.

Selanjutnya: Transaksi Solusi Sinergi Digital (WIFI) Melejit, Cermati Rekomendasi Emiten Hashim

Menarik Dibaca: Tiket Diskon KA Telah Terjual 3,19 Juta Tiket, Okupansi Capai 90%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×