Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Bayang Federal Open Market Committee (FOMC) jadi penyebab utama tergoresnya nilai tukar rupiah. Apalagi ditambah antisipasi pasar menunggu rilis data neraca perdagangan dan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam beberapa hari mendatang membuat posisi rupiah kian sulit.
Di pasar spot, Selasa (14/3) valuasi rupiah melemah 0,10% ke level Rp 13.370 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Walau berbeda di kurs tengah Bank Indonesia nilai tukar rupiah justru terangkat tipis 0,03% di level Rp 13.360 per dollar AS.
Nurdiyanto, Analis Riset Treasury PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menjelaskan beban eksternal memang mendominasi pelemahan rupiah. Pelaku pasar saat ini menilai probabilitas kenaikan suku bunga The Fed pada FOMC bulan ini sudah mencapai 100% dengan kenaikan sebesar 0,25%.
Lagi pula pelemahan rupiah dinilai wajar karena seiring dengan pelemahan mata uang emerging market lainnya di Asia.
"Fokus pasar pada FOMC dan antisipasi pada hasil rapat RDGBI yang akan rilis Kamis (16/3) membuat rupiah masih terpojok katalis negatif," ujar Nurdiyanto.
Pergerakan sempit ini diprediksi masih akan terus berlanjut mengingat pelaku pasar menantikan pidato Gubernur The Fed, Janet Yellen pasca FOMC. Mengingat kenaikan yang diduga akan terjadi sudah di price in pasar. Yang dinantikan justru langkah The Fed selanjutnya.
Selama katalis ini terus membayangi pasar, rupiah diprediksi sulit membalikkan keadaan. "Rentang pelemahan akan tetap sempit tapi belum ada peluang rebound jangka pendek pada Rabu (15/3)," duga Nurdiyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News