Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Liza menilai, DMAS masih menjadi emiten paling defensif berkat margin tinggi dan basis tenant stabil. SSIA berpotensi pulih cepat lewat monetisasi Subang Smartpolitan, sementara KIJA dinilai menarik untuk strategi jangka pendek.
Secara valuasi, PBV SSIA tercatat 1,34x, KIJA 0,64x, dan DMAS 1,01x. Liza merekomendasikan beli untuk SSIA dan DMAS, serta hold untuk KIJA.
Ekky memperkirakan tekanan masih berlanjut hingga akhir 2025 karena proses penjualan lahan yang panjang dan sikap wait and see investor. Namun, pemulihan FDI dan proyek hilirisasi pemerintah dapat mengangkat kinerja mulai 2026.
“Permintaan dari sektor data center, energi hijau, EV, hingga logistik berpotensi mendorong kebangkitan kawasan industri,” ujarnya.
Baca Juga: Makmur Berkah Amanda (AMAN) Bidik Pendapatan dari Kawasan Industri Hingga Perhotelan
Ia mengingatkan risiko pelemahan rupiah, persaingan kawasan industri di Jawa, serta potensi oversupply jika ekspansi tidak diimbangi realisasi tenant.
Dari sisi saham, Ekky merekomendasikan akumulasi bertahap untuk DMAS dan KIJA dengan target harga jangka menengah masing-masing Rp170–Rp200 dan Rp220–Rp250 per saham.
SSIA cocok untuk investor jangka panjang dengan potensi harga kembali ke Rp3.000 per saham jika momentum bisnis membaik.
Selanjutnya: Melongok Prospek Emiten Tambang & Energi Grup Bakrie Selepas Kuartal III-2025
Menarik Dibaca: Promo The Body Shop Diskon s/d 70% Segera Berakhir, Berlaku sampai 15 November 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













