Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten-emiten pertambangan dan energi Grup Bakrie memperlihatkan arah kinerja yang berbeda hingga kuartal III-2025. Terlepas dari itu, emiten tersebut tetap memiliki prospek menjanjikan seiring langkah ekspansi agresif yang dijalankan.
Bila merujuk laporan keuangan, kinerja PT Bumi Resources Tbk (BUMI) turun cukup signifikan di kuartal III 2025 di tengah lesunya pasar batubara. Pendapatan BUMI terkoreksi 17,40% year on year (yoy) menjadi US$ 3,55 miliar per kuartal III-2025. Pada saat yang sama, laba bersih BUMI merosot 76,10% yoy menjadi US$ 29,4 juta.
Sebaliknya, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) diuntungkan oleh tren kenaikan harga emas dunia. Hingga kuartal III-2025, pendapatan BRMS melesat 69% yoy menjadi US$ 183,59 juta. Sedangkan laba bersih emiten ini melambung 129% yoy menjadi US$ 37,62 juta.
Baca Juga: IHSG Ditutup Memerah, Cek Rekomendasi Saham Teknikal untuk Jumat (14/11)
PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) juga mencetak kinerja positif di tengah volatilitas harga minyak dan gas (migas) dunia. Per kuartal III-2025, pendapatan ENRG meningkat 13% yoy menjadi US$ 361 juta, sementara laba bersih mereka tumbuh 9% yoy menjadi US$ 56 juta.
Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan mengatakan, seiring prospek harga batubara yang masih berada di level moderat, serta permintaan dari pasar utama seperti China dan India belum sepenuhnya pulih, maka tekanan bagi BUMI masih berlanjut sampai akhir 2025.
“Namun, untuk 2026 peluang stabilisasi tetap ada apabila harga batubara kembali bergerak di kisaran yang lebih sehat dan permintaan ekspor mulai meningkat,” ujar Ekky, Kamis (13/11/2025).
Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi menambahkan, BUMI tetap memiliki potensi menarik seiring agenda diversifikasi bisnis yang gencar dilakukan emiten tersebut. Terbaru, BUMI resmi menjadi pemilik 100% saham perusahaan tambang emas dan tembaga asal Australia, Wolfram Limited (WFL).
Namun, perlu diingat bahwa dampak akuisisi tersebut bagi kinerja BUMI kemungkinan baru akan terasa pada 2026—2027 mendatang.
Selain itu, BUMI juga dikabarkan hendak mengakuisisi 45% saham perusahaan tambang bauksit PT Laman Mining dari PT Supreme Global Investment sebesar US$ 59,1 juta. Tak hanya itu, BUMI berencana mengakuisisi 55% saham anak usaha Laman Mining yang sedang membangun pabrik alumina yaitu PT Supreme Alumina Indonesia.
“Ekspansi ke sektor bauksit-alumina juga memiliki potensi jangka panjang, namun perlu capex besar dan risiko eksekusi tinggi,” imbuh Wafi, Kamis (13/11/2025).
BRMS dan ENRG Jadi Penopang
Analis Pilarmas Sekuritas Indonesia Arinda Izzaty menyebut, BRMS dan ENRG bakal kembali menjadi penopang Grup Bakrie di sektor pertambangan dan energi. Kedua emiten ini kemungkinan juga bakal lebih moderat dalam menjalankan ekspansi bisnis.
Menurut Arinda, BRMS cenderung fokus pada optimasi produksi emas dan proyek pengembangan tambang emas bawah tanah Poboya. Di sisi lain, BUMI masih fokus pada upaya peningkatan produksi dan efisiensi operasional.
“Keduanya bisa melakukan merger dan akuisisi (M&A) selektif. Tetapi, tidak ada bukti bahwa mereka akan mengejar ekspansi di luar bisnis inti seagresif langkah akuisisi oleh BUMI baru-baru ini,” ungkap dia, Kamis (13/11/2025).
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Jumat (14/11)
Arinda menyebut, saham BRMS dan ENRG dapat dipertimbangkan oleh investor dengan target harga masing-masing di level Rp 1.100 per saham dan Rp 1.025 per saham.
Wafi merekomendasikan beli saham BRMS dan ENRG dengan target harga di level Rp 1.100 per saham dan Rp 1.000 per saham. Sedangkan saham BUMI direkomendasikan hold dengan target harga Rp 200 per saham.
Di lain pihak, Ekky menilai, saat ini saham-saham Grup Bakrie cocok untuk trader jangka pendek maupun jangka menengah yang berbasis momentum dan katalis. Saham BRMS dan ENRG cenderung lebih menarik karena fundamentalnya lebih solid dan ditopang oleh tren komoditas masing-masing.
Dalam jangka pendek, harga saham BRMS bisa bergerak di kisaran Rp 1.200—Rp 1.300 per saham, sedangkan ENRG di level Rp 1.100 per saham.
Sebaliknya, saham BUMI memiliki volatilitas tinggi dan pergerakannya sangat bergantung pada arah harga batubara serta realisasi ekspansi bisnis. Dalam jangka menengah, saham BUMI diperkirakan berada di kisaran Rp 240—Rp 250 per saham.
Baca Juga: Emiten Ramai Tarik Pinjaman Jumbo dari Bank, Ini Rekomendasi Sahamnya
Selanjutnya: Danantara Dikabarkan Dapat Tawaran Golden Share di Merger, Ini Rekomendasi Saham GOTO
Menarik Dibaca: Promo The Body Shop Diskon s/d 70% Segera Berakhir, Berlaku sampai 15 November 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













