Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas emiten minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) mencatatkan kinerja yang impresif selama tiga bulan pertama tahun 2025.
Tengok saja, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp 7,02 triliun per kuartal I 2025, naik 46,33% secara tahunan alias year on year (yoy) dari Rp 4,79 triliun pada kuartal I 2024.
AALI pun mengantongi laba bersih Rp 277,03 miliar per kuartal I 2025, naik 20,17% yoy dari Rp 230,52 miliar di kuartal I 2024.
PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) membukukan kenaikan laba bersih LSIP sebesar 45,48% yoy menjadi Rp 391,8 miliar per kuartal I 2025. Sebelumnya, laba bersih LSIP sebesar Rp 269,3 miliar pada kuartal I 2024.
Baca Juga: Laba Bersih Capai Rp 927,49 Miliar di Kuartal I-2025, Simak Rekomendasi Saham JSMR
Kenaikan laba bersih itu diawali dari peningkatan pendapatan menjadi Rp 1,28 triliun per kuartal I 2025, naik 46,63% yoy dari Rp 879,46 miliar di kuartal I 2024.
“Terutama karena kenaikan harga jual rata-rata dan volume penjualan produk sawit,” ujar manajemen LSIP dalam keterbukaan informasi tanggal 30 April 2025.
Senasib, PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mencetak laba bersih Rp 805,25 miliar per kuartal I 2025, naik 117,16% yoy dari Rp 370,8 miliar di kuartal I 2024.
Kenaikan laba itu didorong oleh peningkatan pendapatan sebesar 37,03% yoy menjadi Rp 2,62 triliun per akhir Maret 2025. Sebelumnya, pendapatan TAPG sebesar Rp 1,91 triliun di akhir Maret 2024.
Di tahun 2025, TAPG mengestimasikan produksi perseroan masih akan meningkat single digit dibandingkan tahun 2024.
Baca Juga: Laba Bersih Naik di Kuartal I 2025, Simak Rekomendasi Saham Indosat (ISAT)
“Ini dengan iklim tahun 2024 rata-rata diperkirakan akan cenderung netral, serta tanaman yang masih berada pada prime age yang didukung pemupukan yang optimal,” ujar manajemen TAPG dalam keterbukaan informasi tanggal 30 April 2025.
TAPG pun menargetkan produksi CPO naik 2% di tahun 2025. Lalu, produksi inti sawit alias palm kernel (PK) naik 1% dan tandan buah segar (TBS) naik 2% sepanjang tahun ini.
Sementara itu, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) memproduksi 187.471 metrik ton (mt) Tandan Buah Segar (TBS) hingga akhir Maret 2025, meningkat 8,2% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 173.226 mt.
Peningkatan produksi TBS ini sejalan dengan peningkatan hasil TBS per ha sebesar 10,8%, dari 4 mt per ha pada kuartal I 2024 menjadi 4,4 mt per ha pada kuartal I 2025.
Direktur Keuangan ANJ, Nopri Pitoy menyatakan, peningkatan kinerja pada kuartal I 2025 didukung oleh berbagai program peningkatan yang diimplementasikan oleh perusahaan sejak tahun lalu, termasuk penyesuaian dosis pupuk, yang mulai membuahkan hasil positif.
Baca Juga: Sebagian Besar Emiten LQ45 Telah Rilis Kinerja Kuartal I-2025, Cek Rekomendasi Analis
“Sejalan dengan peningkatan produksi, ANJT berhasil menjual 60.057 mt CPO pada kuartal I 2025, meningkat 7,5% dari 55.857 mt pada periode yang sama tahun lalu,” ungkap Nopri, dalam siaran pers, Jumat (2/5)
Laba bersih ANJT pun tumbuh 251,9% yoy menjadi US$ 3,2 juta. EBITDA perusahaan juga meningkat 104,8% menjadi US$ 18,5 juta.
“Peningkatan laba bersih terutama didorong oleh volume penjualan dan harga jual produk minyak sawit yang lebih tinggi, penurunan biaya pemeliharaan di perkebunan yang sudah menghasilkan, serta penurunan biaya pengolahan di pabrik minyak sawit kami,” ujar Nopri.
Kemudian, PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) mencatatkan penjualan sebesar Rp 275,53 miliar pada kuartal I 2025, meningkat 44,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 190,96 miliar.
Laba bersih CSRA pada kuartal I 2025 melonjak 255,2% secara tahunan (YoY) menjadi Rp78,96 miliar, dengan marjin laba bersih sebesar 28,7%.
Direktur Keuangan dan Pengembangan Strategis CSRA, Seman Sendjaja, menyampaikan bahwa industri kelapa sawit Indonesia menghadapi berbagai dinamika pada kuartal I-2025 yang memengaruhi produksi.
Baca Juga: Kinerja Emiten Properti Cukup Beragam di Kuartal I 2025, Berikut Rekomendasi Analis
Namun, melalui pengelolaan operasional yang baik, CSRA berhasil mencatatkan peningkatan produksi selama periode tersebut.
“Harga minyak sawit pada kuartal pertama tahun ini relatif stabil dan cenderung menguat, seiring dengan tingginya permintaan biodiesel domestik dan dukungan kebijakan pemerintah,” ujar Seman dalam keterangan pers, Rabu (30/4).
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan, faktor utama yang mendorong pertumbuhan pendapatan dan laba emiten CPO sepanjang kuartal I 2025 adalah harga CPO global yang tinggi. Sehingga, meningkatkan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) para emiten.
“Mereka juga mengantongi peningkatan produktivitas dan efisiensi operasional,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (7/5).
Di tahun 2025, peningkatan permintaan biodiesel dari dalam negeri disertai dengan harga CPO yang stabil akan mendukung kinerja para emiten sawit.
“Program B40 bisa jadi penggerak positif bagi permintaan emiten CPO,” tuturnya.
Meskipun begitu, kinerja para emiten sawit bukan tanpa tantangan. Sebut saja, isu lingkungan dari aktivitas Satuan Tugas (Satgas) Penertiban Kawasan Hutan (PKH) dan harga pupuk yang tinggi.
Baca Juga: Cermati Prospek dan Rekomendasi ICBP dan INDF Pasca Rilis Kinerja Kuartal I-2025
“Lalu, ada ketidakpastian kebijakan pemerintah dapat memberi tekanan pada emiten,” paparnya. Liza pun belum memberikan rekomendasi untuk emiten CPO.