Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Direktur PT Rumah Para Pedagang, Kiswoyo Adi Joe melihat, kenaikan kinerja emiten sawit disebabkan peningkatan harga komoditas CPO global dan cuaca yang baik dalam beberapa waktu belakangan.
“Cuaca sangat memengaruhi. Jika terlalu kering, dia tidak berbuah. Jika terlalu basah, bisa gagal panen,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (7/5).
Lahan sawit di Indonesia mayoritas sebenarnya banyak dimiliki petani plasma dan mereka rata-rata belum mau melakukan replanting saat ini lantaran harga CPO masih tinggi.
Alhasil, produksi domestik tidak terlalu masif saat ini. Hal ini secara tidak langsung memengaruhi harga CPO di level atas, lantaran permintaan relatif masih stabil.
Baca Juga: Agung Podomoro (APLN) Tekan Kerugian di Kuartal I-2025, Simak Rekomendasi Sahamnya
Melansir Trading Economics, harga CPO saat ini ada di level MYR 4.005 per ton. Harga CPO pun diproyeksikan kemungkinan masih akan di sekitaran MYR 4.000 di sepanjang tahun 2025. Namun, perlu dilihat kembali nanti di semester II yang merupakan masa panen massal.
“Biasanya, ketika pasokan berlimpah, harga bisa turun. Selain itu, harga CPO juga akan tinggi jika harga jagung dan kedelai tinggi, lantaran sawit itu merupakan minyak nabati pengganti karena harganya yang lebih murah,” paparnya.
Jika dilihat dari kinerja per emiten, DSNG dan TAPG masih akan unggul di tahun 2025 lantaran usia tanaman yang tengah ada di usia emas (golden age) yaitu di rentang umur 15 tahun. Sementara, AALI dan LSIP masih rutin melakukan replanting.
“Walaupun produksinya AALI dan LSIP naik, tetapi tidak setinggi DSNG dan TAPG,” ungkapnya.
Baca Juga: Menakar Prospek Emiten Grup Pertamina Selepas Kuartal I-2025 dan Rekomendasi Analis
Kiswoyo pun merekomendasikan beli untuk TAPG, DSNG, dan LSIP dengan target harga masing-masing Rp 1.200 per saham, Rp 900 - Rp 1.000 per saham, dan Rp 2.000 per saham.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham AALI ada di level support Rp 5.850 per saham dan resistance di Rp 6.075 per saham. Herditya pun merekomendasikan buy on weakness untuk AALI dengan target harga Rp 6.125 - Rp 6.275 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News