Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memasang strategi bertahan pada awal tahun ini. Di tengah tekanan risiko kredit yang meningkat, emiten bank pelat merah ini mencatat penurunan laba bersih pada kuartal I 2025.
Penurunan laba terjadi akibat lonjakan biaya pencadangan (provisioning) sebesar 41% secara kuartalan (qtq) dan 15% secara tahunan (yoy). Hal ini mencerminkan langkah antisipatif BBRI dalam memperkuat cadangan menghadapi potensi risiko gagal bayar, terutama dari segmen kredit mikro dan usaha kecil.
"BBRI bermain defensif, dan ini langkah yang logis mengingat tekanan kualitas aset di segmen berisiko tinggi. Namun dari sisi fundamental, mereka tetap solid," tulis Arief Machrus, analis PT Ina Sekuritas Indonesia dalam riset Senin (19/5).
Net interest margin (NIM) BBRI pada kuartal I 2025 tercatat naik menjadi 7,7%, lebih tinggi dari 7,5% pada kuartal IV 2024. Namun masih lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu yang berada di 8%. Kenaikan NIM didorong oleh penurunan biaya dana, meskipun yield pinjaman ikut tertekan akibat pergeseran portofolio ke segmen kredit menengah dan korporasi yang lebih konservatif.
Baca Juga: BRI (BBRI) Fokus Pulihkan Kualitas Aset dan Diversifikasi, Simak Rekomendasi Analis
Kualitas aset sedikit tergerus. Rasio kredit bermasalah (NPL) naik ke level 3%, sedangkan kredit dalam perhatian khusus (SML) meningkat menjadi 5,3%. Meski begitu, rasio pencadangan NPL tetap tinggi di level 200,6%.
Dari sisi pertumbuhan kredit, BBRI mencatat kenaikan 1% qtq dan 5% yoy. Pertumbuhan ini tertinggal dari target tahunan perseroan sebesar 7%-9%. Kredit segmen menengah dan korporasi mencatat kenaikan masing-masing 21% dan 13% yoy, sementara kredit mikro dan kecil masih dibayangi tekanan kualitas aset.
Di sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh tipis 0,4% yoy. Kenaikan ditopang oleh pertumbuhan dana murah (CASA) sebesar 7% yoy. Sebaliknya, deposito berjangka justru turun 10% yoy. Hal ini membuat rasio loan to deposit ratio (LDR) BBRI turun ke 96,6% dari sebelumnya 99,2%, mengindikasikan likuiditas yang lebih longgar.
"Ke depan, tekanan biaya pencadangan diperkirakan mereda. Normalisasi cost of credit ke kisaran 2,5% pada tahun ini akan menjadi katalis positif bagi laba bersih," terang Arief.
Ina Sekuritas memperkirakan laba bersih BBRI bisa tumbuh sekitar 6% sepanjang 2025. NIM juga berpotensi menguat menuju level 8%, seiring proyeksi penurunan suku bunga acuan dan efisiensi biaya dana.
Dengan mempertimbangkan prospek pemulihan kinerja, Ina Sekuritas mempertahankan rekomendasi buy BBRI dengan target Rp 5.150.
Selanjutnya: Tiga Emiten Ini Bakal Punya Pengendali Baru, Cermati Prospek dan Rekomendasi Analis
Menarik Dibaca: 5 Jamu Tradisional untuk Mengatasi Jerawat dari Dalam, Tertarik Coba?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News