kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.131   150,00   0,98%
  • IDX 7.792   -113,20   -1,43%
  • KOMPAS100 1.201   -6,51   -0,54%
  • LQ45 978   -1,29   -0,13%
  • ISSI 228   -1,49   -0,65%
  • IDX30 499   -0,33   -0,07%
  • IDXHIDIV20 603   1,19   0,20%
  • IDX80 137   -0,23   -0,16%
  • IDXV30 140   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 167   0,28   0,17%

Bagaimana Nasib Rupiah hingga Akhir Tahun Setelah Pemotongan Suku Bunga?


Jumat, 20 September 2024 / 06:35 WIB
Bagaimana Nasib Rupiah hingga Akhir Tahun Setelah Pemotongan Suku Bunga?
ILUSTRASI. Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Bank BSI, Jakarta, Selasa (3/9/2024). Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah tipis 1 poin atau 0,01 persen ke level Rp15.526 dibandingkan sebelumnya rupiah sempat berada di level Rp15.525 per dolar AS. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/Spt.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Era suku bunga tinggi berakhir dengan pemangkasan Fed Funds Rate (FFR) dan BI Rate. Meski begitu, nilai tukar rupiah diperkirakan tetap berada di level Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana menyebutkan bahwa dengan pemangkasan suku bunga maka rupiah berpotensi menguat untuk jangka pendek. Tercermin dari rupiah spot yang menguat 0,63% ke Rp 15.239 per dolar AS pada Kamis (19/9).

Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 15.239 Per Dolar AS, Terbaik Sejak Agustus 2024

Fikri juga mencermati ruang penguatan lebih lanjut untuk rupiah sebulan ke depan.

"Sampai akhir Oktober masih melihat antara Rp 15.100 - Rp 15.300," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (19/9).

Untuk jangka pendek itu, selain pemangkasan suku bunga juga terdapat sejumlah sentimen yang akan mempengaruhi gerak rupiah. Pertama, susunan kabinet baru, khususnya terkait pemilihan menteri keungan.

Kedua, perkembangan dari fundamental ekonomi Indonesia. Menurut Fikri, ada beberapa hal utama yang akan diperhatikan. Misalnya 'trade surplus' dan 'foreign exchange reserve'.

"Karena walau rupiah terapresiasi, tapi di sisi lain ada risiko trade surplus semakin kecil karena adanya pengurangan competitive advantage pada saat rupiah terapresiasi," sebutnya.

Baca Juga: Antisipasi Profit Taking, Rupiah Diproyeksikan Bertahan di Rp 15.300 Per Dolar AS

Apalagi, kata Fikri, berdasarkan rilis trade surplus terakhir, ekspor Indonesia mengarah pada sumber daya alam, bukan ke manufaktur.

"Jadi mungkin ini akan menjadi catatan dan tentunya akan menjadi hal yang mendorong bagaimana perkembangan capital account-nya di Indonesia," lanjutnya.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melanjutkan, hingga akhir tahun rupiah diperkirakan dikisaran Rp 15.000-an per dolar AS. Menurutnya, rupiah masih sulit untuk tembus di bawah level tersebut.

"Walau The Fed menurunkan 50bps, tetapi US Treasury naik dan indeks dolar walau sempat melemah, tetapi di awal pembukaan hari ini cukup menguat," terangnya.

Lanjutnya, the Fed juga mengindikasikan ke depan pemangkasan suku bunga akan lebih kecil dari 50bps. Hal itu seiring dari penilaian Fed mengenai ekonomi AS yang tidak seburuk yang diperkirakan.

Baca Juga: Penurunan Suku Bunga The Fed dan BI Diharapkan Berdampak Baik Bagi Perekonomian

Adapun pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan datar di 2% pada tahun ini dan tahun depan, sehingga belum ada pemburukan aktivitas ekonomi yang signifikan. Lalu tingkat pengangguran yang masih berada dikisaran 4%.

Selain itu, investor asing juga masih memperhatikan postur APBN karena kemungkinan akan ada APBN perubahan.

Selain itu, the Fed mengindikasikan pemangkasan suku bunga tidak akan terburu-buru ke depan, kendati ruang pemangkasan selanjutnya masih terbuka.

Josua berpandangan, ruang pemangkasan suku bunga the Fed mencapai 100bps pada tahun ini dan 100bps di tahun depan.

Lalu BI Rate juga akan menjaga ruang penurunannya dari sisi interest differential rate-nya.

Kemudian, kata Josua, masih terdapat faktor fundamental yang mana ekspor Indonesia masih mengandalkan komoditas dasar seperti batubara dan CPO. Di sisi lain, lesunya ekonomi China turut mempengaruhi ekspor komoditas Indonesia.

Baca Juga: Makin Kokoh, Rupiah Sempat Menyentuh Rp 15.262 Per Dolar AS, Kamis (19/9)

Lalu, dari foreign flow Indonesia memiliki saingan, yakni India seiring meningkatnya bobot MSCI India. Sehingga inflow di pasar saham dan obligasi India saat ini cukup besar.

Dari berbagai hal itu, Josua memperkirakan rupiah akan berkisar Rp 15.100 - Rp 15.300 pada akhir tahun.

Sementara itu, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto mengatakan pasca pemangkasan suku bunga the Fed sebesar 50bps dan BI Rate 25bps pelaku pasar menyikapi positif.

Hal itu terlihat dari pergerakan rupiah yang mengalami penguatan sampai berada di bawah Rp 15.300 per dolar AS.

Edi menilai ruang penguatan rupiah masih terbuka ke depan. "Namun tetap kami mencermati beberapa faktor risiko yang dapat menahan penguatan rupiah, diantaranya perkembangan di Eropa dan China," ujarnya.

Baca Juga: Bank Indonesia Pangkas BI Rate 25 bps Jadi 6% Pada September 2024

Edi juga menegaskan untuk penguatan rupiah ini, BI menyerahkan pergerakannya berdasarkan mekanisme pasar. Menurutnya, dengan begitu pergerakannya akan lebih sehat dan harga yang terbentuk akan kredibel.

Namun, ia tetap menegaskan bahwa BI akan terjun ke pasar apabila jika terjadi ketidakseimbangan suplai dan permintaan.

"BI tetap akan masuk pasar apabila terjadi ketimpangan supply demand valas di pasar," tutupnya.

Selanjutnya: Uni Eropa & China Gagal Capai Terobosan di Sengketa Mobil Listrik, Tapi Ada Harapan

Menarik Dibaca: Rekomendasi Drama Korea Perkantoran Terbaru Rilis Tahun 2024, Tonton Yuk

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×