kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Analis Rekomendasikan Beli Saham SSIA, Simak Ulasannya


Sabtu, 20 Januari 2024 / 07:05 WIB
Analis Rekomendasikan Beli Saham SSIA, Simak Ulasannya
ILUSTRASI. Hotel Batiqa atau Batiqa Hotels sebagai bisnis Hotel PT Surya Internusa Hotels dari grup Surya Semesta Internusa Tbk SSIA


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mencatatkan pendapatan prapenjualan alias marketing sales sebesar Rp 392 miliar untuk segmen properti di tahun 2023.

Melansir pengumuman di Instagram Perseroan, Jumat (19/1), raihan itu naik 69% secara tahunan dari raihan di tahun 2022.

“Jika dilihat dari jumlah lahan yang terjual, SSIA berhasil menjual 20,5 hektar yang berasal dari lahan di Karawang dan Subang,” tulis manajemen di Instagram @suryainternusa.

Dari segmen konstruksi, SSIA mencatatkan nilai kontrak baru sebanyak Rp 2,9 triilun pada tahun 2023. Raihan itu dicatatkan SSIA melalui emiten PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA).

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham dan Prospek Kinerja Surya Internusa (SSIA)

“Jumlah ini naik 24% secara tahunan. Ini adalah raihan nilai kontrak baru tertinggi dalam lima tahun terakhir,” tulis manajemen SSIA.

Dari segmen perhotelan, okupansi Melia Bali Hotel tercatat 80%, Gran Melia Jakarta tercatat 56%, dan Umana Bali LXR Hotels & Resort sebesar 21%.

“Hotel SSIA sudah membaik di tahun 2023 setelah Pandemi Covid-19 selesai. BATIQA hotel yang paling resiliensi selama pandemi tercatat okupansinya sebesar 66%,” ungkap manajemen.

Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada mengatakan, kontributor pendapatan SSIA paling besar berasal dari jasa konstruksi, lalu diikuti dengan hotel.

“Segmen konstruksi berasal dari NRCA. Sejumlah proyek telah dikerjakan oleh emiten ini, sehingga mampu menyumbang pendapatan ke SSIA,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (19/1).

Untuk tahun 2024, Reza melihat, pengembangan SSIA masih berlangsung. Diharapkan sejumlah proyek mereka, baik di Subang maupun di area strategis lain, dapat dikembangkan.

“Diharapkan bisa dikembangkan menjadi kota metropolitan, sehingga dapat memberikan tambahan kinerja kepada SSIA,” paparnya.

Reza pun merekomendasikan beli untuk SSIA dengan target harga Rp 450 per saham.

 

Baca Juga: Marketing Sales Tahun Lalu SMRA di Bawah Ekspektasi, Simak Rekomendasi Sahamnya

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, SSIA masih mengalami netloss hingga kuartal III 2023. Jadi, untuk melihat prospeknya di tahun 2024, harus melihat kinerja emiten di kuartal I 2024 terlebih dahulu.

Melansir laporan keuangan, SSIA tercatat membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp 3,02 triliun per September 2023. Angka ini lebih tinggi 22,3% dari semula Rp 2,46 triliun pada periode yang sama tahun 2022. 

Dari sisi bottom line, SSIA tercatat membukukan kerugian bersih sebesar Rp 23,7 miliar. Kondisi ini berbanding terbalik dengan posisi pada kuartal III-2022 yang masih mencetak laba hingga Rp 70,8 miliar.

Menurut Nafan, SSIA sendiri masih memiliki beban operasional yang besar, sehingga belum baik kinerjanya hingga saat ini. Di sisi lain, era suku bunga tinggi membuat biaya sewa pergudangan jadi meningkat dan permintaan menurun.

Hal ini juga membuat adanya oversupply pergudangan. Namun, hal ini bisa diantisipasi oleh Pemerintah yang ingin menggalakkan industrialisasi.

Di sisi lain, pengembangan proyek Subang Smartpolitan juga menjalin kerjasama dengan investor China. Ini merupakan hal baik, karena akan menaikkan foreign direct investment (FDI) di Indonesia.

“Apalagi, proyek ini tidak hanya pergudangan saja, tetapi juga segmen lain. Proyek ini sangat prospektif, apalagi ditambah pula dengan rencana Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga,” paparnya.

Sayangnya, SSIA memiliki kendala di mana masyarakat menjadi pemegang saham mayoritas. Melansir RTI, masyarakat memegang 3,39 miliar saham atau 72,1% dari total saham keseluruhan.

“Hal ini membuat pergerakan saham SSIA menjadi tidak begitu likuid,” ujarnya.

Nafan pun merekomendasikan hold untuk SSIA dengan target harga Rp 430 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×