Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi
Menurut Nafan, SSIA sendiri masih memiliki beban operasional yang besar, sehingga belum baik kinerjanya hingga saat ini. Di sisi lain, era suku bunga tinggi membuat biaya sewa pergudangan jadi meningkat dan permintaan menurun.
Hal ini juga membuat adanya oversupply pergudangan. Namun, hal ini bisa diantisipasi oleh Pemerintah yang ingin menggalakkan industrialisasi.
Di sisi lain, pengembangan proyek Subang Smartpolitan juga menjalin kerjasama dengan investor China. Ini merupakan hal baik, karena akan menaikkan foreign direct investment (FDI) di Indonesia.
“Apalagi, proyek ini tidak hanya pergudangan saja, tetapi juga segmen lain. Proyek ini sangat prospektif, apalagi ditambah pula dengan rencana Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga,” paparnya.
Sayangnya, SSIA memiliki kendala di mana masyarakat menjadi pemegang saham mayoritas. Melansir RTI, masyarakat memegang 3,39 miliar saham atau 72,1% dari total saham keseluruhan.
“Hal ini membuat pergerakan saham SSIA menjadi tidak begitu likuid,” ujarnya.
Nafan pun merekomendasikan hold untuk SSIA dengan target harga Rp 430 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News