Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja positif PT Indosat Tbk (ISAT) selama tahun fiskal 2024 diproyeksikan akan berlanjut hingga dua tahun ke depan.
Salah satu pendorong utama adalah meningkatnya permintaan internet cepat nasional di tengah persaingan sektor telekomunikasi yang semakin ketat.
Pada tahun fiskal 2024 (FY24), ISAT mencatat pendapatan sebesar Rp 55,89 triliun, meningkat 9,1% secara tahunan (year on year/YoY). Laba bersih juga tumbuh 9% YoY menjadi Rp 4,91 triliun.
Mengutip riset Panin Sekuritas tertanggal 11 Februari 2025 pada Selasa (8/4), kinerja positif ISAT didorong oleh peningkatan pendapatan data sebesar 7,4% YoY menjadi Rp 44,2 triliun, meskipun trafik pada kuartal IV cenderung stagnan akibat persaingan ketat dari kompetitor yang menawarkan kartu SIM murah.
Baca Juga: XLSmart (EXCL) Merger, Ini Perbandingannya dengan Telkom (TLKM) dan Indosat (ISAT)
Pada periode tersebut, ISAT sempat mengalami tekanan, tercermin dari penurunan EBITDA kuartal IV 2024 sebesar 1,5% YoY menjadi Rp 6,4 triliun.
Namun, secara kumulatif, EBITDA tahun penuh tetap tumbuh 10,2% YoY ke level Rp 26,4 triliun.
Jumlah pelanggan seluler ISAT juga turun 4,1% YoY menjadi 94,7 juta pengguna. Namun, manajemen menyebut penurunan ini merupakan hasil dari strategi fokus pada pelanggan yang lebih bernilai.
Persaingan Mulai Mereda
Analis IPOT, Angga Septianus, menilai ISAT masih memiliki ruang pertumbuhan untuk tahun fiskal 2025 (FY25), meskipun lebih terbatas. Hal ini sejalan dengan peningkatan kebutuhan data yang menciptakan tekanan kompetitif.
Menurut Angga, industri telekomunikasi tengah berada dalam fase konsolidasi. Perusahaan tidak lagi agresif melakukan ekspansi, melainkan fokus menata ulang strategi.
"TSEL sebagai market leader menurunkan harga untuk bersaing, memberi tekanan ke ISAT, meskipun risiko perang harga cukup minim," ujarnya.
Analis Sucor Sekuritas, Paulus Jimmy menilai tren kartu SIM murah yang sempat menekan kinerja ISAT pada 2024 kini sudah mulai mereda. Hal ini terlihat dari harga paket perdana yang mulai naik.
Baca Juga: Saham Indosat (ISAT) Terkoreksi di Tengah Tekanan IHSG, Intip Rekomendasi Analis
Meski begitu, tantangan tetap ada. Kelesuan ekonomi berpotensi menekan daya beli. Baik Angga maupun Paulus menilai hal ini dapat membatasi laju pertumbuhan pendapatan ISAT pada 2025.