kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Alokasi belanja modal CPIN turun 50%


Sabtu, 20 Juni 2015 / 12:38 WIB
Alokasi belanja modal CPIN turun 50%


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) mengerem rencana ekspansi tahun ini. Emiten ini hanya menyiapkan anggaran belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 1,5 triliun atau turun 50% dari tahun lalu sebesar Rp 3 triliun.

Direktur Keuangan CPIN Ong Mei Siang mengatakan, permintaan untuk pakan ternak maupun anak ayam usia sehari (DOC) pada tahun ini belum menunjukkan pertumbuhan signifikan. Sementara dari kapasitas produksi, CPIN masih dapat memenuhi seluruh permintaan. Alhasil, "Capex tahun ini lebih banyak ke maintenance," ujar dia.

Selain itu, CPIN masih memiliki sisa laba bersih tahun lalu yang bisa dijadikan sumber dana belanja modal. Perusahaan ini juga punya pinjaman sindikasi dari 15 bank senilai total US$ 400 juta. Bank yang terlibat menyalurkan kredit adalah Bank ANZ Indonesia, Bank Central Asia (BCA), Bank CIMB Niaga, Bank DBS Indonesia, Bank Mandiri, Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Singapore Branch Bank Sumitomo Mitsui Indonesia, dan Rabobank Hong Kong.

Ada pula, Bank Mizuho Indonesia, Bank CTBC Indonesia, Aozora Asia Pasific Finance Limited, Chang Hwa Comercial Bank Ltd, Singapore Branch First Commercial Bank, Singapore Branch Land Bank of Taiwan, Singapore Branch dan Hua Nan Commercial Bank. Citibank bertindak sebagai koordinator tunggal dalam transaksi pinjaman sindikasi tersebut.

Pinjaman ini terdiri dari US$ 200 juta dan Rp 2,4 triliun dalam dua tahap. Pertama, fasilitas pinjaman berjangka lima tahun sebesar US$ 75 juta dan Rp 900 miliar. Kedua, fasilitas kredit bergulir lima tahun sebesar US$ 125 juta dan Rp 1,5 triliun. Sayangnya, hingga saat ini, CPIN baru memanfaatkan 30% dari pinjaman itu. Jadi, CPIN berupaya agar tidak menarik pinjaman lagi.

Kondisi sektor pakan ternak yang masih fluktuatif membuat CPIN sulit menentukan target. Pasalnya, harga bahan baku pakan ternak dan nilai tukar rupiah terus berubah. Seperti kondisi saat ini, harga komoditas sedang melemah. Sedangkan rupiah terus melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Makanya, CPIN belum berencana untuk menaikkan harga jual.

Meski kinerja meredup, CPIN masih menyisakan dana untuk dividen. Mereka menebar dividen Rp 18 per saham. Pembagian dividen ini mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), kemarin (19/6). "Total dividen CPIN Rp 295,16 miliar, setara 16,9% laba 2014," ungkap Hadijanto Kartika, Sekretaris Perusahaan CPIN.

Sepanjang 2014, laba bersih CPIN sebesar Rp 1,7 triliun atau turun 28,27% dari tahun sebelumnya. Kemarin, harga saham CPIN naik 3,04% di Rp 3.050 per saham. Jika menggunakan patokan harga tersebut, imbal hasil dividen CPIN hanya sebesar 0,59%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×