kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Tahun ini, CPIN alokasikan capex hanya Rp 1,5 T


Jumat, 19 Juni 2015 / 20:47 WIB
Tahun ini, CPIN alokasikan capex hanya Rp 1,5 T


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) tidak terlalu banyak berekspansi tahun ini. Perseroan hanya menyiapkan anggaran belanja modal alias capex sebesar Rp 1,5 triliun atau turun 50% dari tahun lalu Rp 3 triliun.

Direktur Keuangan CPIN Ong Mei Siang mengatakan, permintaan untuk pakan ternak maupun anak ayam usia sehari (DOC) tahun ini belum menunjukkan pertumbuhan signifikan. Sementara dari sisi kapasitas, CPIN masih dapat memenuhi seluruh permintaan. "Capex tahun ini akan lebih banyak ke maintenance," ujarnya, Jumat (19/6).

CPIN masih memiliki sisa laba bersih yang dapat dijadikan sumber dana capex. Selain itu, perseroan memiliki pinjaman sindikasi dari 15 bank dengan total nilai US$ 400 juta. Bank yang terlibat menyalurkan kredit adalah Bank ANZ Indonesia, Bank Central Asia (BCA), Bank CIMB Niaga, Bank DBS Indonesia, Bank Mandiri, Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Singapore Branch Bank Sumitomo Mitsui Indonesia, Rabobank Hong Kong, Bank Mizuho Indonesia, Bank CTBC Indonesia, Aozora Asia Pasific Finance Limited, Chang Hwa Comercial Bank Ltd, Singapore Branch First Commercial Bank Ltd, Singapore Branch Land Bank of Taiwan, Singapore Branch dan Hua Nan Commercial Bank.

Citibank bertindak sebagai koordinator tunggal dalam transaksi pinjaman sindikasi ini. Pinjaman ini pun terdiri dari US$ 200 juta dan Rp 2,4 triliun serta meliputi dua tahap. Pertama, fasilitas pinjaman berjangka 5 tahun sebesar US$ 75 juta dan Rp 900 miliar. Kedua, fasilitas kredit bergulir 5 tahun sebesar US$ 125 juta dan Rp 1,5 triliun. Perseroan hingga saat ini baru memanfaatkan 30% dari pinjaman itu. Namun demikian, CPIN berupaya agar tidak menarik pinjaman lagi.

Kondisi sektor pakan ternak yang masih fluktuatif membuat CPIN sulit menentukan target. Pasalnya harga bahan baku pakan ternak dan kondisi rupiah terus mengalami perubahan. Seperti kondisi saat ini harga komoditas sedang melemah. Namun, di sisi lain rupiah juga terus melemah. Terkait kondisi ini, perseroan belum berencana untuk menaikkan harga jual.

Di kuartal I-2015, penjualan CPIN naik 11,9% year on year (yoy) menjadi Rp 7,5 triliun dari sebelumnya Rp 6,7 triliun. CPIN berhasil meningkatkan penjualan, baik untuk segmen pakan ternak, anak ayam usia sehari, maupun ayam olahan. Namun, naiknya beban menggerus laba bersih CPIN hingga Rp 430,49 miliar atau turun 34,9% dari periode sama tahun sebelumnya Rp 661,46 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×