kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

10 perusahaan siap masuk pasar modal


Senin, 13 April 2015 / 06:21 WIB
10 perusahaan siap masuk pasar modal
ILUSTRASI. Kinerja Penjualan: Suasana kantor pusat PT. Unilever Indonesia Tbk (UNVR) di Tangerang Selatan, Kamis (28/7/2022). KONTAN/Baihaki/28/7/2022


Reporter: Amailia Putri Hasniawati, Wuwun Nafsiah | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Daftar calon emiten baru di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali bertambah. Kabar terkini, dua perusahaan telah menggelar mini expose dalam rangka penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di hadapan pejabat BEI pada Jumat (10/4) pekan lalu.

Kedua perusahaan itu adalah PT Anabatic Technologies dan PT Gelombang Seismic Indonesia. Tapi manajemen dan penjamin emisi dari kedua calon emiten ini kompak belum mau membeberkan rencana tersebut. "Kami belum mengajukan ke OJK (Otoritas Jasa Keuangan), nanti kami kena tegur," ujar Handojo Sutjipto, Presiden Direktur Anabatic Technologies.

Anabatic merupakan perusahaan jasa yang bergerak di bidang teknologi informasi. Klien utama perusahaan dengan pendapatan di atas Rp 1 triliun ini adalah kalangan perbankan. Handojo bilang, sekitar 70% dana hasil IPO akan digunakan untuk belanja modal. Sisanya sebagai modal kerja.

Anabatic mendapuk Bahana Securities sebagai penjamin emisi IPO. Di saat yang sama, Gelombang Seismic mempresentasikan rencananya ke BEI.

Hendra H. Kustarjo, Presiden Direktur Panca Global Securities, selaku penjamin emisi IPO Gelombang Seismic, mengemukakan, perusahaan yang mereka tangani itu berencana menjual lebih dari 30% saham baru. Tapi Hendra belum mau mengungkapkan target perolehan dana. Yang jelas, perusahaan penyedia data mentah perusahaan minyak ini ingin membidik proyek senilai US$ 80 juta.

Aset perusahaan saat ini di bawah Rp 500 miliar. Anabatic dan Gelombang Seismic menggunakan laporan keuangan Desember 2014 sebagai dasar valuasi IPO. Dus, di akhir Juni 2015, kedua perusahan itu harus mengantongi izin efektif dari OJK.

Sebelumnya, ada delapan perusahaan yang telah menggelar mini expose di BEI. Di antaranya PT Merdeka Copper Gold, PT PP Properti, PT Puradelta Lestari dan PT Indonesia Media Televisi.

Managing Partner Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menilai, saat ini masih berat bagi perusahaan melakukan IPO. Kondisi pasar modal cenderung terkoreksi di pertengahan tahun. Secara historis, kondisi pasar modal cenderung turun pada Mei dan Agustus.

Pasar modal kembali naik di Oktober hingga Januari tahun depan. Untuk itu, Kiswoyo menyarankan emiten tidak IPO pada Mei dan Agustus. Hampir semua sektor memiliki tantangan. Sektor properti misalnya, tertekan tingginya suku bunga. Kemudian, sektor pertambangan masih sulit bangkit karena harga komoditas anjlok.

Begitu pula saham emiten teknologi. Sejauh ini saham emiten teknologi tak terlalu banyak bergerak. "Kalau mau, bagus sektor konsumer, karena lebih defensif," ujar dia kepada KONTAN, Ahad (12/4). Menurut Kiswoyo, saham IPO bukan untuk disimpan jangka panjang. Pasalnya, investor belum banyak tahu mengenai kinerja emiten baru. Dus, sebagian besar investor membeli saham IPO untuk mencari untung jangka pendek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×