kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Bitcoin Stagnan di Bawah US$ 65.000 Pasca Halving, Simak Proyeksi ke Depannya


Minggu, 28 April 2024 / 15:06 WIB
Harga Bitcoin Stagnan di Bawah US$ 65.000 Pasca Halving, Simak Proyeksi ke Depannya
ILUSTRASI. Harga Bitcoin (BTC) belum mengalami kenaikan yang signifikan pasca peristiwa halving.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) belum mengalami kenaikan yang signifikan pasca peristiwa halving. Berdasarkan CoinmarketCap, harga Bitcoin berada di level US$ 63.966 pada Minggu (28/4). Sedangkan dalam sepekan, harga Bitcoin naik tipis 1,4%, dan dalam sebulan tergerus 7,6%.

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan, pasar kripto dan Bitcoin terpantau masih melemah dan cenderung stagnan. Salah satu penyebab lesunya pergerakan Bitcoin adalah aliran dana ke pasar ETF BTC spot di Amerika Serikat yang terus melemah.

Fyqieh menyebutkan, data aliran pasar ETF BTC-spot menekan harga Bitcoin sepanjang sesi Kamis (25/4) lalu. hari Rabu (24/4), pasar ETF BTC-spot melihat total arus keluar bersih sebesar US$ 120,6 juta. BTC bereaksi terhadap data aliran ETF BTC-spot, jatuh ke level US$ 62.844.

“Meski sempat kembali ke posisi US$ 64.000, BTC kembali melemah setelah indikator ekonomi AS yang rilis pada Kamis malam lalu. Dilaporkan perekonomian AS hanya tumbuh sebesar 3,1% pada kuartal pertama tahun 2024, dibandingkan 3,4% pada kuartal keempat tahun 2023,” kata Fyqieh kepada Kontan.co.id, Minggu (28/4). 

Baca Juga: Kawasan Asia Tenggara Berpotensi Jadi Key Leader Industri Kripto Global

Dengan pertumbuhan yang lebih lemah tersebut, Fyqieh bilang, dapat meningkatkan kekhawatiran penurunan suku bunga The Fed pada tahun 2024. Selain itu, laporan data Produk Domestik Brutu (PDB) AS yang mengecewakan, membuat investor ketakutan, dengan harapan penurunan suku bunga tahun ini semakin meredup.

“Hal itu memukul aset-aset berisiko di seluruh pasar, termasuk kripto. Sementara imbal hasil obligasi Treasury AS 10-tahun melonjak 8 basis poin menjadi 4,73%, angka tertinggi sejak November,” kata Fyqieh. 

Lebih lanjut, Fyqieh mengatakan bahwa penurunan harga Bitcoin juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti aksi taking profit dari investor setelah kenaikan harga yang cukup besar, atau adanya kekhawatiran ketegangan konflik Israel-Iran. 

Tak hanya itu, pemicu lainnya juga datang dari penjualan besar-besaran aset kripto secara keseluruhan akibat ketidakpastian terkait gugatan hukum yang mendera perusahaan dan tokoh di industri kripto global.

Fyqieh menilai meski BTC akan merespons data aliran pasar ETF Bitcoin spot, namun investor juga harus mempertimbangkan data ekonomi AS. Kecemasan investor atas laporan pendapatan dan pengeluaran pribadi AS pada Jumat (26/4) malam, kemungkinan besar memengaruhi data aliran ETF Bitcoin.

Baca Juga: Efek Halving Bitcoin Baru Akan Terasa dalam Waktu Dua hingga Tiga Bulan ke Depan

Fyqieh menjelaskan secara teknikal, jika pergerakan BTC melewati level resistensi US$ 69.000, maka akan membawa harga Bitcoin di atas level US$ 70.000. Namun sebaliknya, apabila BTC justru turun di bawah level dukungan US$ 64.000, maka dapat menyebabkan penurunan di level support US$ 60.365. 

“Jika dilihat secara timeframe lebih besar seperti monthly, indikator Stochastic menunjukan deathcrossdan berpotensi untuk Bitcoin mengalami penurunan lebih lanjut pada beberapa bulan mendatang, mungkin dasar penurunannya bisa mencapai level US$ 50.000,” imbuhnya. 

Menurutnya, hal tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak hal yang tidak bisa diduga. Dia mengatakan bahwa efek halving sebenarnya bisa dirasakan dalam beberapa bulan mendatang, tergantung dari sentimen serta kondisi teknikalnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×