kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

2015, tahun yang berat untuk IPO


Senin, 13 April 2015 / 00:01 WIB
2015, tahun yang berat untuk IPO
ILUSTRASI. Sektor ritel terlihat lesu pada kuartal III-2023. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/pd


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Calon emiten mulai ramai mencalonkan diri sebagai penghuni Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejauh ini, ada 10 emiten yang telah menyelengarakan mini expose. Yang terakhir adalah PT Anabatic Technologies dan PT Gelombang Seismic Indonesia (SIC).

Managing Partner Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe mengatakan, tahun ini masih berat bagi emiten untuk melakukan Initial Public Offering (IPO). Pasalnya, kondisi pasar modal sedang mengalami penurunan.

Secara historis, kondisi pasar modal akan cenderung turun di bulan Mei dan Agustus. Lalu, pasar modal kembali naik di bulan Oktober hingga Januari. Untuk itu Kiswoyo menyarankan emiten untuk tidak IPO pada bulan Mei dan Agustus.

Hampir semua sektor menurut Kiswoyo memiliki tantangan di tahun kambing kayu ini. Sektor properti misalnya, masih tertekan lantaran tingkat suku bunga yang tinggi. Kemudian, sektor pertambangan masih sulit bangkit karena anjloknya harga komoditas. Apalagi saham emiten yang berkaitan dengan teknologi. Sejauh ini, Kiswoyo melihat saham-saham emiten teknologi tidak terlalu banyak bergerak."Kalau mau bagus sektor konsumer karena lebih defensif," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (12/4).

Namun demikian, Kiswoyo memberi catatan tersendiri bagi emiten yang akan IPO. Menurutnya, saham IPO bukan untuk disimpan dalam jangka panjang. Pasalnya, investor belum banyak tahu mengenai kinerja perseroan. Untuk itu, sebagian besar investor membeli saham IPO untuk mencari keuntungan jangka pendek.

Agar mendapat keuntungan maksimal, Kiswoyo memberi sedikit bocoran kepada calon investor. "Pilih saham dengan underwriter sekuritas yang memiliki nasabah ritel kecil," ungkapnya. Alasannya, secara track record, saham-saham yang ditangani oleh sekuritas dengan nasabah ritel kecil selalu mengalami kenaikan tinggi.

Saham-saham IPO, lanjut Kiswoyo, baru bisa disimpan dalam jangka panjang jika sudah menghuni bursa minimal dua tahun. Itu pun untuk saham yang memang kinerjanya bagus. Investor pun harus jeli melihat kinerja perusahaan. Soalnya, ada beberapa kasus emiten yang sengaja memanipulasi kinerja agar terlihat positif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×