kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.783   12,00   0,08%
  • IDX 7.487   7,88   0,11%
  • KOMPAS100 1.159   4,22   0,37%
  • LQ45 919   5,86   0,64%
  • ISSI 226   -0,48   -0,21%
  • IDX30 474   3,57   0,76%
  • IDXHIDIV20 571   3,72   0,66%
  • IDX80 132   0,67   0,51%
  • IDXV30 140   1,16   0,83%
  • IDXQ30 158   0,67   0,43%

Stimulus Eropa menggairahkan pasar modal


Jumat, 23 Januari 2015 / 07:19 WIB
Stimulus Eropa menggairahkan pasar modal
ILUSTRASI. Raja Ampat menjadi salah satu dari 6 spot diving terbaik di dunia. (dok/scuba diving)


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk, Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pasar modal Indonesia kembali bergairah. Kemarin, IHSG naik 0,7% menjadi 5.253,18 dan mencapai rekor tertinggi IHSG sepanjang sejarah.

Salah satu pemicu kebangkitan IHSG datang dari Benua Biru. Bank Sentral Eropa (ECB) akan mengguyur dana stimulus lebih dari € 1 triliun. ECB akan membeli obligasi pemerintah Uni Eropa € 50 miliar per bulan. Program ini dimulai Maret 2015 hingga akhir 2016.

Jhon Veter, Managing Director Investa Saran Mandiri, menilai, stimulus ECB akan menambah deras dana asing ke Indonesia. Tapi Jhon melihat, efek stimulus tak terlalu besar karena hubungan dagang Indonesia dan Eropa tak terlalu besar.

Jika Jepang atau China menggulirkan stimulus, dana asing ke pasar Indonesia jauh lebih besar. Sebab, kedua negara itu memiliki hubungan dagang kuat dengan Indonesia.

Selain Eropa,  John Rachmat, Kepala Riset Mandiri Sekuritas, menilai stabilitas politik nasional turut mengerek bursa. Alhasil, tahun ini, pasar saham masih prospektif.

Prediksi Jhon, akhir tahun 2015 IHSG tembus 6.300 dengan asumsi rupiah Rp 11.500 per dollar AS dan inflasi 5%. Proyeksi Rachmat,  indeks saham ke 6.350.

Pasar valuta domestik juga  bergairah. Analis Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menilai, guyuran dana stimulus ECB bisa mendorong otot rupiah. "Dengan BI rate 7,75%, Indonesia menarik sebagai tujuan investasi," kata dia. 

Namun pasar Indonesia tak imun dari koreksi. Misalnya ancaman defisit neraca perdagangan dan bahaya laten permintaan dollar AS.

Seorang tresuri bank Eropa di Singapura mengingatkan, sebelum harga minyak jatuh, permintaan dollar dari Pertamina atau PLN sekitar US$ 2 miliar-US$ 3 miliar. "Sekarang separuhnya. Tapi ada kebutuhan hedging  dari korporat  sekitar US$ 500 juta," terangnya kepada KONTAN.

Mei-Juni kemungkinan rupiah akan melemah, karena repatriasi dividen. Ujian lain adalah kenaikan suku bunga The Fed. "Ada kabar, karena ekonomi bagus, inflasi rendah, harga minyak murah, The Fed memundurkan kenaikan suku bunga menjadi semester II-2015. Perkiraan saya, akhir tahun rupiah di Rp 12.600," kata tresuri tadi.

Ingat pula, stimulus selalu dilematis. Jika stimulus akan dicabut, pasar keuangan selalu terguncang.                        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×