Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif di perdagangan Senin (29/4). Arah suku bunga The Fed akan kembali menjadi perhatian di tengah solidnya ekonomi domestik.
Pengamat Mata Uang Lukman Leong memperkirakan, rupiah akan kembali berada dalam tekanan di perdagangan awal pekan, Senin (29/1). Mata uang garuda diprediksi melanjutkan pelemahan yang terjadi di perdagangan akhir pekan, Jumat (26/4) sebesar 0,14% ke level Rp16.210 per dolar Amerika Serikat (AS).
Lukman mencermati, rupiah bakal tertahan oleh menurunnya probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed. Saat ini timbul narasi bahwa Bank Sentral AS itu tidak akan memulai pemangkasan suku bunga setidaknya sebelum bulan September 2024.
Investor masih akan cenderung menghindari aset dan mata uang beresiko karena mengantisipasi pertemuan FOMC The Fed pekan depan tanggal 2 Mei 2024. Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell, diperkirakan akan memberikan pernyataan bernada hawkish.
Sementara, data Price Consumption Expenditure (PCE) meningkat 0,3% pada Maret 2024 dinilai efeknya tidak begitu signifikan bagi pasar. Sebab, walaupun ada kenaikan dari bulan sebelumnya tetapi sesuai perkiraan pasar.
"Rupiah diperkirakan masih akan tertekan," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Minggu (28/4).
Baca Juga: Rupiah Masih Disetir Faktor Eksternal, Potensi Higher For Longer Jadi Ancaman
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi melihat, peluang pemangkasan suku bunga Fed justru semakin mundur menjadi di bulan November 2024. Berdasarkan perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) AS, pelaku pasar memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga Fed turun sebesar 58% pada bulan September dari sebelumnya 70%, menurut CME Fedwatch Tool.
Departemen Perdagangan melaporkan bahwa produk domestik bruto AS tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 1,6% pada periode kuartal I-2024, lebih lambat dari tingkat pertumbuhan 2,4% yang diperkirakan oleh para ekonom.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa inflasi yang diukur dengan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti naik 3,7% pada kuartal pertama, yang melampaui perkiraan kenaikan 3,4%.
"Pedagang suku bunga berjangka memperhitungkan kemungkinan 68% bahwa penurunan suku bunga pertama The Fed sejak tahun 2020 dapat terjadi pada pertemuannya di bulan November," jelas Ibrahim dalam risetnya, Jumat (26/4).
Walau demikian, Ibrahim melihat, kinerja APBN dalam negeri pada kuartal I - 2024 tetap positif di tengah kewaspadaan meningkatnya tensi geopolitik. Posisi total dari APBN masih surplus Rp 8,1 triliun atau 0,04 persen dari PDB.
Ibrahim memperkirakan, rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat dalam rentang Rp16.180 - Rp16.260 per dolar AS di perdagangan Senin (29/4). Sementara, Lukman memperkirakan rupiah melemah dalam rentang Rp 16.200 - Rp16.300 di Senin (29/3).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News