Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Indeks S&P 500 ditutup sedikit lebih tinggi pada Rabu (14/5), setelah bergerak naik-turun dalam sesi yang lesu.
Investor tampak menahan diri sambil menanti rilis data ekonomi berikutnya, menyusul awal pekan yang sempat bergairah karena data inflasi yang melemah serta jeda ketegangan tarif antara Amerika Serikat dan China.
Melansir Reuters, Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 89,37 poin atau 0,21% ke level 42.051,06.
Pelemahan terbesar terjadi pada saham-saham farmasi seperti Merck & Co yang turun 4% dan Amgen yang merosot 3%.
Baca Juga: Wall Street Naik, Disokong Optimisme Meredanya Ketegangan Perdagangan AS-China
Sementara itu, S&P 500 naik tipis 6,03 poin atau 0,10% ke 5.892,58. Kenaikan ini menambah sedikit capaian tahun berjalan setelah pada Selasa indeks ini ditutup positif untuk pertama kalinya sejak 28 Februari.
Namun, S&P 500 masih sekitar 4% di bawah rekor penutupan tertingginya pada 19 Februari, meskipun telah membukukan kenaikan selama enam hari berturut-turut.
Nasdaq Composite mencatat kenaikan lebih besar, naik 136,72 poin atau 0,72% menjadi 19.146,81.
Dari 11 sektor utama di S&P 500, delapan sektor ditutup melemah. Sektor layanan kesehatan turun paling dalam sebesar 2,31%, disusul material yang turun 0,96%.
Sektor dengan kinerja terbaik adalah komunikasi yang naik 1,6% dan teknologi yang menguat sekitar 0,96%.
Para pelaku pasar terus mencermati perkembangan terbaru dari sektor perdagangan, di tengah kunjungan Presiden AS Donald Trump ke negara-negara Teluk yang menghasilkan komitmen investasi senilai US$600 miliar dari Arab Saudi.
Saham beberapa perusahaan teknologi AS menguat setelah pemerintah mengumumkan kesepakatan terkait kecerdasan buatan (AI) dengan mitra di Timur Tengah pada Selasa.
Baca Juga: Wall Street: S&P 500 dan Nasdaq Ditutup Menguat, Data Inflasi Jadi Penyokong
“Ada ketidakpastian yang masih menggantung soal apa yang akan disampaikan para pemimpin dunia, termasuk Presiden Trump, terkait perdagangan,” ujar Tim Ghriskey, Senior Portfolio Strategist di Ingalls & Snyder, New York.
Ia menambahkan, meski kebijakan tarif sebelumnya ditunda, belum ada kesepakatan final yang tercapai.
“Pengumuman belakangan ini memang positif dan sempat memicu reli besar, tapi ketidakpastian tetap ada,” katanya.
Pasar saham AS sempat menguat tajam pada Senin (12/5) dan melanjutkan penguatan pada Selasa setelah AS dan China sepakat menghentikan sementara sengketa tarif selama 90 hari.
Penguatan juga didukung oleh data pada Selasa yang menunjukkan harga konsumen AS naik moderat pada April.
Sebelumnya, pengumuman jeda tarif 90 hari oleh AS sejak 9 April untuk negara selain China, serta kesepakatan dagang terbatas dengan Inggris pekan lalu, turut mendorong sentimen positif di pasar saham.
Wakil Ketua The Fed, Philip Jefferson, menyatakan bahwa meski data inflasi terbaru menunjukkan kemajuan menuju target 2%, prospek ke depan masih belum pasti.
Sementara itu, Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, menilai bahwa data yang ada belum sepenuhnya mencerminkan dampak dari kenaikan tarif.
Baca Juga: IHSG Diproyeksi Menguat pada Perdagangan Kamis (15/5), Cek Rekomendasi Saham Berikut
Pasar kini menantikan pidato Ketua The Fed Jerome Powell pada Kamis (15/5) , yang dinilai akan memberi petunjuk arah kebijakan moneter ke depan.
Dengan minimnya rilis data ekonomi pada Rabu, Andrew Graham, Managing Partner dan pendiri Jackson Square Capital mengatakan investor memilih bertahan sambil menunggu rilis Indeks Harga Produsen (PPI) dan data penjualan ritel bulan April yang akan keluar Kamis pagi.
“Orang-orang mencari bukti apakah situasi tarif ini sudah mulai merembes ke perekonomian riil,” kata Graham.
Namun dengan adanya jeda tarif selama 90 hari, ia menyatakan tidak terlalu khawatir terhadap data April.
Saham-saham megacap dan saham pertumbuhan mengalami kenaikan. Nvidia menjadi penopang terbesar bagi S&P 500 dengan lonjakan lebih dari 4%.
Saham Advanced Micro Devices (AMD) melonjak 4,7% setelah perusahaan menyetujui program pembelian kembali saham senilai US$6 miliar.
Baca Juga: Dikunjungi Trump, Qatar Borong 160 Jet Boeing Senilai US$ 200 Miliar
Saham Boeing naik 0,6% setelah maskapai nasional Qatar Airways meneken kesepakatan pembelian pesawat selama kunjungan Trump ke Doha.
Namun di sisi lain, saham American Eagle Outfitters anjlok 6,4% setelah perusahaan pakaian itu menarik proyeksi kinerjanya untuk setahun penuh, dengan alasan ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan tarif.
Selanjutnya: Emiten Menggenjot Modal dan Bayar Utang Lewat Private Placement
Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Hari Ini Kamis 15 Mei 2025 Keuangan & Karier Cancer Terganggu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News