Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Yudho Winarto
Direktur TRFX Berjangka Ibrahim mengatakan virus corona menjadi penyebab tertekannya batubara. Virus corona membawa kekhawatiran kepada pasar komoditas menyebabkan harga menjadi tertekan.
“Virus corona membuat perekonomian di China mati. Hal ini membuat pabrik berhenti di operasi. Padahal batubara menjadi bahan baku pembuatan baja,” terangnya pada Kontan.co.id Rabu (4/2).
Baca Juga: Tahun ini, Adaro Energy (ADRO) perkuat potensi bisnis yang ada
Virus Corona membuat supply dan demand batubara menjadi tidak stabil. Dengan terhambatnya perekonomian China, demand terhadap batubara menjadi menurun. Selain itu, ketika harga batubara melejit terlalu tinggi konsumen akan beralih kepada produk substitusi batubara seperti gas alam.
Kemudian, musim dingin di negara-negara barat yang mulai berakhir juga mendorong ketidakstabilan permintaan batubara di akhir bulan.
Wahyu memperkirakan harga batubara sepanjang tahun masih akan terancam pelemahan. Menurutnya, belum ada kepastian terhadap permintaan batubara serta produk substitusi yang lebih murah akan menjadi faktor yang mengancam harga batubara.
Wahyu memperkirakan pergerakan batubara akan mirip dengan tahun lalu di rentang US$ 70 hingga US$ 75 per ton hingga akhir tahun.
Berbeda dengan Wahyu, Ibrahim optimistis harga batubara masih dapat naik lebih tinggi. Menurutnya, batubara akan bergerak di rentang US$ 55 hingga US$ 80 per tonnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News