Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara harus ditutup menurun di akhir bulan Januari meski mencatatkan kenaikan pada awal tahun. Harga batubara ICE New Coal dibuka pada level US$ 70,30 per ton kemudian ditutup pada level US$ 66,95 per ton pada akhir bulan. Di bulan yang sama batubara pernah mencapai level US$ 76,90 per ton.
Batubara terus mencetak tren positif peningkatan harga selama dua pekan pertama, menurut analis Central Capital Futures Wahyu Laksono, harga komoditas memang terkerek awal tahun didukung oleh sentimen perang dagang yang mereda.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) belum akan akusisi tambang batubara dalam waktu dekat
Seperti yang diketahui, sentimen kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China terus berhembus semenjak akhir tahun lalu mengakibatkan harga komoditas terus bergerak naik.
Selain itu, di awal tahun, Wahyu mencatat pasokan batubara oversold di pasar global. Kondisi oversold tersebut mendorong optimisme demand terhadap batubara ke depannya.
Kondisi oversold ini disebabkan beberapa hal. Pertama, salah satu negara eksportir batubara terbesar, Australia harus dihadapi masalah kebakaran hutan cukup lama menyebabkan penurunan produksi batubara. Alhasil, pasokan batubara global berkurang.
Baca Juga: Virus Corona Dongkrak Harga Batubara Acuan
Di sisi lain, permintaan batubara terus meningkat menjelang musim dingin. Permintaan batubara meningkat selama musim dingin di China, Jepang, hingga Korea Selatan.
Namun, harga batubara harus terkoreksi setelah pekan kedua. Bahkan harga batubara terus terkoreksi hingga akhir bulan Januari.
Direktur TRFX Berjangka Ibrahim mengatakan virus corona menjadi penyebab tertekannya batubara. Virus corona membawa kekhawatiran kepada pasar komoditas menyebabkan harga menjadi tertekan.
“Virus corona membuat perekonomian di China mati. Hal ini membuat pabrik berhenti di operasi. Padahal batubara menjadi bahan baku pembuatan baja,” terangnya pada Kontan.co.id Rabu (4/2).
Baca Juga: Tahun ini, Adaro Energy (ADRO) perkuat potensi bisnis yang ada
Virus Corona membuat supply dan demand batubara menjadi tidak stabil. Dengan terhambatnya perekonomian China, demand terhadap batubara menjadi menurun. Selain itu, ketika harga batubara melejit terlalu tinggi konsumen akan beralih kepada produk substitusi batubara seperti gas alam.
Kemudian, musim dingin di negara-negara barat yang mulai berakhir juga mendorong ketidakstabilan permintaan batubara di akhir bulan.
Wahyu memperkirakan harga batubara sepanjang tahun masih akan terancam pelemahan. Menurutnya, belum ada kepastian terhadap permintaan batubara serta produk substitusi yang lebih murah akan menjadi faktor yang mengancam harga batubara.
Wahyu memperkirakan pergerakan batubara akan mirip dengan tahun lalu di rentang US$ 70 hingga US$ 75 per ton hingga akhir tahun.
Berbeda dengan Wahyu, Ibrahim optimistis harga batubara masih dapat naik lebih tinggi. Menurutnya, batubara akan bergerak di rentang US$ 55 hingga US$ 80 per tonnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News