kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.820   -41,00   -0,24%
  • IDX 6.442   73,17   1,15%
  • KOMPAS100 923   0,44   0,05%
  • LQ45 723   -0,82   -0,11%
  • ISSI 202   3,78   1,91%
  • IDX30 377   -0,84   -0,22%
  • IDXHIDIV20 459   0,93   0,20%
  • IDX80 105   -0,21   -0,20%
  • IDXV30 112   0,60   0,54%
  • IDXQ30 124   -0,13   -0,11%

Trump Menunda Tarif Resiprokal, Pasar Obligasi Domestik Diproyeksi Rebound


Jumat, 11 April 2025 / 20:06 WIB
Trump Menunda Tarif Resiprokal, Pasar Obligasi Domestik Diproyeksi Rebound
ILUSTRASI. Prospek pasar obligasi domestik tetap memiliki daya tarik untuk dilirik, kendati tekanan arus jual modal asing terus terjadi.


Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek pasar obligasi domestik tetap memiliki daya tarik untuk dilirik, kendati tekanan arus jual modal asing terus terjadi. Adapun tren yield obligasi Amerika Serikat (AS) juga mengalami kondisi serupa.

Berdasarkan data Trading Economics, Jumat (11/4) imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun berada di level 7,16%, turun dari 7,06% diawal pekan. Sementara yield US Treasury (UST) 10 tahun berada di level 4,40% atau meningkat 5,6% selama sepekan.

Informasi lainnya, sepanjang tahun berjalan hingga akhir Maret 2025, Bank Indonesia (BI) telah mencatatkan jual neto oleh investor asing sebesar Rp 16,08 triliun.

Baca Juga: Investasi SBN Masih Menarik, Tapi Risiko Suku Bunga Bayangi Pasar Obligasi

Fixed Income Analyst Pefindo, Ahmad Nasrudin mengatakan, tekanan ini salah satunya dipicu oleh tensi ketegangan perang dagang antara AS dan China. Relasi sengit antara kedua negara ini mendorong investor di pasar keuangan global akan cenderung risk off.

Sebagai gambaran, China sebagai salah satu investor utama US Treasury mengancam akan melarikan modalnya dari obligasi milik pemerintah AS. Jika langkah ini diikuti oleh negara sekutunya, maka yield US Treasury akan berpotensi meningkat. 

Ini akan berimbas pada tekanan pada surat utang domestik seperti Indonesia, karena investor lebih tertarik dengan imbal hasil yang lebih tinggi.

"Selain itu, kondisi fundamental domestik juga ikut berkontribusi pada tekanan di pasar obligasi, seperti defisit anggaran. Ini bisa menjadi katalis negatif bagi kinerja yield obligasi," ujar Ahmad kepada Kontan.co.id, Jumat (11/4).

Ahmad berharap, penundaan implementasi tarif impor Trump dapat menjadi momentum positif bagi pasar obligasi Indonesia untuk pulih. Apalagi, depresiasi pada mata uang rupiah membuat asing dapat membeli lebih banyak unit untuk setiap dolar AS yang mereka tukar untuk membeli obligasi pemerintah.

"Pasar akan memanfaatkan diskon harga dan depresiasi rupiah untuk mendapatkan imbal hasil tinggi. Jadi, saya melihat tekanan jual ini akan mereda dalam waktu dekat ini," jelas Ahmad.

Baca Juga: Investor Cemas Kondisi Fiskal, Spread Obligasi Korporasi Indonesia Melonjak

Ditambah dengan data aktual CPI AS yang turun jauh dari ekspektasi pasar menjadi katalis pendorong dalam mengurangi tekanan jual di pasar surat utang global, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Kendati begitu, Ahmad tetap menghimbau untuk terus mengamati pergerakan pasar ke depannya, terutama menjelang akhir penundaan kebijakan tarif.

Head of Business Development Divison Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi Riawan juga berpendapat senada. Ia menaruh optimisme pada surat utang Indonesia, mengingat masih ada potensi penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada tahun 2025 yang dapat menyokong harga obligasi ke depan.

Reza bilang, sebaiknya investor cukup fokus pada tenor pendek hingga menengah untuk mengurangi risiko volatilitas harga obligasi pada tenor panjang.

"Saat ini, jika yield masih berpotensi naik, sebaiknya tunggu dulu momen yang tepat untuk memasuki pasar," jelas Reza kepada Kontan.co.id, Jumat (11/4).

Meracik portofolio dengan melakukan diversifikasi ke kelas aset lainnya seperti pasar uang maupun obligasi merupakan langkah yang bijak, sebagai upaya untuk meminimalisir risiko.

Selanjutnya: Harga Tembaga Menguat Didukung Pelemahan Dolar, Risiko Perang Dagang Masih Bayangi

Menarik Dibaca: Promo Alfamart Produk Spesial Mingguan hingga 15 April 2025, Sampo Diskon Rp 19.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×