Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar Surat Berharga Negara (SBN) diperkirakan masih menghadapi tantangan pada tahun ini. Hal ini tercermin dari arus keluar yang terjadi sepanjang awal tahun.
Menilik data Bank Indonesia (BI), selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 16 Januari 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 0,59 triliun di pasar SBN.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menilai terjadinya arus keluar di pasar SBN domestik tak lepas dari efek Trump.
Baca Juga: Pasar Obligasi Hadapi Tantangan Eksternal, Inflow Diperkirakan Terbatas di 2025
"Dari pidato inaugurasi serta janji politiknya, kebijakan Trump dapat dikatakan masih akan cenderung bersifat inward-looking," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (22/1).
Hal ini terefleksi dari prioritasnya yang berkaitan dengan pengetatan kebijakan imigrasi, ancaman tarif kepada mitra dagang, serta lanjutan kebijakan defisit fiskal. Kebijakan imigrasi dan tarif berpotensi mendorong inflasi AS tetap terjaga, sehingga the Fed mungkin mempertahankan kebijakan higher-for-longer.
Lalu, ancaman perang dagang dan memburuknya sentimen global pasca pelantikan Trump diperkirakan menjadi pemberat inflow di kuartal I secara khusus.
"Kami melihat investor asing masih akan lebih berhati-hati terhadap potensi perang dagang sehingga appetite investor masih akan cenderung mencari aset-aset safe haven," sebutnya.
Sementara itu, risiko kenaikan defisit fiskal Amerika Serikat (AS) akan memicu kenaikan yield US Treasury (UST), sehingga mendorong yield SBN domestik lebih tinggi.
Risiko-risiko dari dampak kebijakan Trump tersebut dinilai akan membuat aset SBN menjadi kurang atraktif di mata investor asing, alhasil kenaikan inflow di tahun ini diperkirakan lebih terbatas.
Baca Juga: Struktur Utang Indonesia Didominasi SBN, Ekonom Peringatkan Risiko Crowding Out
Meski begitu, potensi inflow di pasar SBN masih terbuka di tengah kemungkinan pemotongan suku bunga dari the Fed pada pertengahan tahun. Dengan pemotongan suku bunga tersebut, spread dari yield akan semakin melebar, dan mendorong masuknya investor asing di pasar obligasi domestik.
Selain dari dukungan sentimen eksternal, potensi pulihnya perekonomian domestik dapat menjadi pendukung masuknya investor asing ke pasar obligasi.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang membaik dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap return aset domestik, sehingga permintaan investor asing terhadap obligasi domestik.
"Kami perkirakan yield SUN 10 tahun pada kuartal I ini akan berkisar pada 7,1%-7,4% dan diperkirakan berada pada kisaran 7,0%-7,3% pada akhir 2025," tutupnya.
Selanjutnya: OJK Beri Izin Usaha kepada PT Gadai Sakti Jakarta
Menarik Dibaca: 5 Kebiasaan Sehat yang Harus Diajarkan kepada Anak Setiap Hari, Orang Tua Wajib Tahu!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News