kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tren penurunan suku bunga berlanjut, reksadana terproteksi bisa jadi pilihan


Minggu, 27 Oktober 2019 / 10:48 WIB
Tren penurunan suku bunga berlanjut, reksadana terproteksi bisa jadi pilihan


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) kembali turun bulan ini ke angka 5%. Hal ini menjadikan reksadana terproteksi masih layak untuk dicermati oleh investor.

Tingkat return reksadana terproteksi dinilai masih tinggi dibandingkan instrumen lainnya. Apalagi, reksadana terproteksi yang berisi surat utang negara korporasi diprediksi masih bisa memberikan return lebih dari 7%.

Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana berpendapat bahwa reksadana terproteksi ini justru menarik di tengah suku bunga acuan BI yang turun. Dia bilang, tren penurunan suku bunga ini memicu investor memilih reksadana terproteksi dibandingkan dengan deposito. "Justru reksadana terproteksi ini menarik karena deposito turun terus," ujar Wawan.

Wawan menyebutkan bahwa untuk saat ini, return reksadana terproteksi yang berisi surat utang negara masih berada di 6,5%. Sementara reksadana ebraset surat utang korporasi jauh lebih tinggi, tergantung peringkat.

Baca Juga: Kupon Kurang Menarik, Penjualan ORI016 Gagal Mencapai Target

Dia melihat, saat ini adalah waktu yang tepat untuk masuk reksadana terproteksi. "Saya lihat suku bunga BI masih bisa turun di tahun depan sampai 4,5% sehingga menarik untuk masuk reksadana terproteksi saat ini," jelas Wawan.

Senada, Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja menilai, meskipun return sedikit turun akibat suku bunga BI turun, reksadana terproteksi masih menarik. Ini karena spread dengan produk sejenis reksadana terproteksi masih besar. "Dibanding deposito, meski tenor tidak sama panjang, reksadana terproteksi tetap jauh lebih menarik," ujar Eric.

Eric menambahkan, reksadana terproteksi masih akan menarik hingga tahun depan. "Yang akan membuat reksadana terproteksi kurang menarik yaitu ketika pajak atas bunga naik dari 5% ke 10% yaitu di tahun 2021," jelas Eric.

Wawan menambahkan selain penurunan suku bunga, isu resesi global menyebabkan reksadana terproteksi layak dicermati. "Jika basisnya saham kan akan tertekan dengan isu tersebut dan obligasi juga masih akan terpengaruh jika suku bunganya tiba-tiba naik," jelas Wawan.

Wawan memproyeksikan reksadana terproteksi yang berisi SUN bisa memberi return 6%-7% dan yang berisi surat utang korporasi masih bisa mencapai 8%-10%.

Baca Juga: Bergaji UMR, ini ukuran ideal tabungan dan investasi

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi juga ikut berpendapat proyeksi return dari reksadana terproteksi masih berada di 7%-8% seiring penurunan suku bunga BI. Dia melihat hal ini menjadikan reksadana terproteksi jadi lebih menarik. "Secara umum pemangkasan suku bunga BI malah semakin mendorong masyarakat untuk masuk ke reksadana terproteksi ini karena imbal hasil yang harusnya lebih menarik," ujar Reza.

Reza mengatakan, imbal hasil yang menarik ini perlu diimbangi dengan langkah-langkah yang bisa mengoptimalkannya. Langkah tersebut seperti mencermati underlying projects atau reason dan fundamental data emiten.

Dari Prospera, Eric mengira return sebesar 6,8%-6.9% masih bisa diberikan dengan tenor tiga tahun. Hal ini tentu dengan strategi yang dilakukan seperti mencari obligasi yang tingkat bunga tinggi dengan risiko rendah. "Bank Mandiri Taspen bisa jadi contohnya, tingkat kupon di atas 8 untuk tenor tiga tahun," pungkas Eric.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×